Warta Ekonomi.co.id, Surakarta
Penjualan awal iPhone 11 di China tergolong baik sehingga Apple mengalami pertumbuhan kembali setelah dua belas bulan kesulitan. Sayangnya, kesuksesan itu hanya bersifat sementara karena penjualannya menurun secara drastis.
Data terakhir dari analis Credit Suisse Matt Cabral menunjukkan, penjualan Apple menurun 10,3 persen (yoy) sepanjang Oktober di Negeri Tirai Bambu. Yang lebih parah, angkat penurunan malah semakin anjlok hingga 35,4 persen sebulan kemudian.
"Apple tengah memotong pengiriman iPhone 11 Pro dan mengurangi produksi iPhone 11 Pro Max hingga 25 persen pada kuartal ini untuk mengatasi penurunan tersebut," kata Analis bernama Rosenblatt Jun Zhang, dikutip dari Phone Arena, Senin (16/12/2019).
Baca Juga: Kacau! Penjualan iPhone Mata Tiga di China Jalan di Tempat, Efeknya Enggak Bagus Buat Apple!
Penjualan terburuk Apple dialami sepanjang liburan 2018 di China sehingga setiap penurunan per kuartalnya bisa berdampak besar terhadap performa perusahaan Amerika tersebut di sana.
Credit Suisse pun memperingatkan, data pengiriman bulanan bisa bersifat fluktuatif, bahkan cenderung suram dibandingkan pasar yang mengalami pertumbuhan kecil 0,2% daripada tahun sebelumnya.
Faktor lain yang patut dicatat ialah siklus peluncuran berbeda yang diadopsi Apple tahun ini. Pada 2018, perusahaan merilis iPhone XS dan iPhone XS Max pada akhir September, menunda iPhone XR hingga akhir Oktober. Sementara tahun ini, Apple memutuskan meluncurkan seluruh model iPhone 11 pada September.
Untuk menghadapi penurunan penjualan yang berlanjut di China, Apple berharap penjualan iPhone 5G tahun depan akan membantu. Rencananya, akan ada empat perangkat 5G yang akan dikeluarkan oleh Apple pada periode kedua 2020.
Melihat hal itu, analis memprediksi, penjualan Apple China di awal tahun akan sangat buruk.