REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Andika Perkasa mengatakan, pemilik granat yang meledak di area Monumen Nasional (Monas), Jakarta Utara pada Selasa (3/12) sekitar pukul 07.30 WIB, masih belum diketahui. Pihaknya sudah menerjunkan tim untuk menyelidiki penyebab granat tersebut berada di Monas dan termasuk juga jenisnya mengapa bisa sampai meledak.
"Sampai dengan tadi saya cek masih dengan proses investigasi," kata Andika saat ditemui di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto, Jakarta Pusat, Senin (16/12).
Granat yang meledak di Monas menyebabkan dua prajurit TNI AD, yaitu Praka Gunawan dan Serka Fajar yang sedang berolahraga terluka. Khusus Serka Fajar, mengalami luka parah hingga terancam kehilangan salah satu pergelangan tangannya.
Andika mengatakan, karena hasil investigasi belum keluar maka pihaknya tidak berani menyimpulkan mengapa granat itu sampai meledak. Dia menegaskan, kasus itu akan dituntaskan supaya insiden serupa tidak terulang lagi di masa akan datang.
"Lha iya itu baru saya cek satu jam lalu, masih dalam penelusuran dengan penuh kehati- hatian supaya jangan sampai ada kecerobohan," kata Andika.
Salah pegawai RSPAD yang enggan menyebutkan nama kepada Republika mengatakan, satu korban ledakan granat sudah diperbolehkan pulang. Untuk memastikan kabar itu, ia sempat membuka ponselnya dan mengiyakan satu personel TNI AD masih menjalani perawatan intensif. "Satu masih di sini (RSPAD)," ucap pegawai tersebut.
Sebelumnya, Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Kombes Yusri Yunus menegaskan, granat yang meledak sehari setelah acara Reuni 212 itu berjenis granat asap. Yusri juga menyampaikan, granat itu bukan milik anggota polisi yang tertinggal di Monas.
Meski begitu, mantan wakil KSAD Letjen (Purn) Johanes Suryo Prabowo alias JSP menberi informasi fakta bahwa granat asap tidak bisa meledak. Dalam akun Instagram miliknya, JSP menampilkan video mengenai granat asap dan karakteristiknya.
Granat Asap tidak meledak, namun menyemburkan asap dan mengaktifkannya hanya bisa dilakukan dengan mencabut ring pengamannya, dan untuk versi militer masih harus melepas tuas pengamannya. Pada saat demonstrasi terjun payung granat asap ini kadang diikatkan pada kaki peterjun agar dia bisa terlihat oleh penonton yang menyaksikan di bawah," ucap JSP.