Senin 16 Dec 2019 17:10 WIB

ICP Naik, Neraca Dagang Terus Defisit

ICP pada November naik dari 59,82 dolar AS menjadi 63,26 dolar AS per barel.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Nidia Zuraya
Kepala BPS Suhariyanto dan Deputi Statistik Distribusi dan Jasa BPS Yunita Rusanti dalam konferensi pers mengenai kinerja neraca dagang November 2019 di kantornya, Jakarta, Senin (16/12).
Foto: Republika/Adinda Pryanka
Kepala BPS Suhariyanto dan Deputi Statistik Distribusi dan Jasa BPS Yunita Rusanti dalam konferensi pers mengenai kinerja neraca dagang November 2019 di kantornya, Jakarta, Senin (16/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, kondisi defisit neraca perdagangan Indonesia pada November terus mendalam. Pada periode Januari sampai November 2019, nilai defisit adalah 3,11 miliar dolar AS. Sedangkan, pada Januari hingga Oktober 2019 baru mencapai 1,78 miliar dolar AS.

Kondisi itu terjadi di tengah kenaikan harga minyak mentah Indonesia (Indonesia Crude Price/ICP). Kepala BPS Suhariyanto mencatat, ICP Indonesia pada November adalah 63,26 dolar AS per barel, sedangkan Oktober masih di kisaran 59,82 dolar AS per barel.

Baca Juga

"Peningkatan ini akan berpengaruh pada total nilai ekspor dan impor, terutama migas," tuturnya dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta, Senin (16/12).

Suhariyanto menambahkan, ada juga beberapa komoditas non migas yang mengalami fluktuasi harga. Misalnya saja crude palm oil (CPO) dan karet yang naik masing-masing 15,6 persen dan 7,6 persen. Di sisi lain, batu bara mengalami penurunan 2,8 persen dibandingkan Oktober 2019.