Kanselir Jerman Angela Merkel mengingatkan bahwa kekurangan tenaga kerja terampil di Jerman pada akhirnya bisa memaksa perusahaan untuk pindah ke negara lain.
"Kami tahu bahwa banyak sektor dan bisnis mencari pekerja terampil," kata Merkel. "Tanpa pekerja terampil yang memadai, lokasi bisnis bisa gagal."
"Itulah mengapa penting bagi kita untuk melakukan segala upaya guna merekrut spesialis dalam jumlah memadai. Jika tidak, perusahaan harus bermigrasi - dan, tentu saja, kita tidak menginginkan itu."
Pekerja dari negara non-Uni Eropa
Jerman ingin mengatasi kekurangan tenaga kerja terampil di dalam negeri dengan memberikan "pelatihan yang baik untuk sebanyak mungkin orang," ujar Merkel. Berlin terutama berusaha merekrut tenaga kerja dari negara-negara yang tidak termasuk anggota Uni Eropa.
Saat ini sudah ada 2,5 juta pekerja dari negara anggota Uni Eropa yang bekerja di Jerman. "Tapi itu saja tidak cukup, itulah sebabnya kita juga harus mencari pekerja terampil dari luar Uni Eropa," tandas Merkel.
Undang-Undang Keimigrasian Pekerja Terampil yang baru, yang mulai berlaku pada 1 Maret 2020, bertujuan untuk memudahkan pekerja terampil dari negara-negara bukan anggota UE untuk datang dan bekerja di Jerman.
Dicari sampai ke Asia
Rapat khusus pada hari Senin di Berlin akan membahas cara terbaik untuk menerapkan undang-undang imigrasi baru ke dalam praktiknya. Dari rapat ini diharapkan akan ada nota kesepahaman yang akan diumumkan.
Menurut media Jerman, semua kantor dan badan dan perwakilan pemerintahan akan diimbau untuk mempercepat proses izin dan visa kerja. Disebutkan pula bahwa pelatihan bahasa Jerman harus diperluas ke luar negeri, sehingga calon pekerja terampil dapat menyelesaikan kursus bahasa di negara asal mereka.
Jerman sangat membutuhkan tenaga kesehatan, pekerja perawat lansia, insinyur listrik, pekerja logam, insinyur mekatronik, juru masak, ilmuwan komputer, dan pengembang piranti lunak.
Pemerintah Jerman saat ini sudah bekerja sama dengan Meksiko, Filipina, Brasil, India, dan Vietnam, dan sedang menggalang kerja sama perekrutan tenaga kerja dengan Indonesia.
Menteri Tenaga Kerja Hubertus Heil mengatakan kepada harian Augsburger Allgemeine bahwa dorongan perekrutan "bukan berarti imigrasi yang tidak terkendali, melainkan tentang orang-orang berkualitas yang kita butuhkan sehingga ekonomi negara kita dapat tetap kuat di masa depan."
hp/ae (dpa, afp)