REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Organisasi EU Disinfo Lab yang fokus pada informasi di internet menemukan jaringan global situs palsu pro India. Para peneliti dari EU Disinfo Lab mengatakan situs-situs itu bertujuan memengaruhi pembuat kebijakan di Eropa.
EU Disinfo Lab menemukan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan jaringan 285 situs media palsu yang beroperasi di 65 negara. Para peneliti di organisasi itu menemukan situs-situs tersebut terhubung dengan perusahaan India, Srivastava Group.
Para peneliti menemukan Srivastava terlibat dengan kelompok yang melakukan lobi anti-Pakistan di Eropa. Tidak ada bukti jaringan tersebut terkoneksi dengan pemerintah India.
Akan tetapi para peneliti yakin tujuan jaringan itu untuk menyebarkan propaganda buruk terhadap Pakistan. India dan Pakistan memang sudah lama berusaha untuk mengendalikan narasi tentang satu sama lain.
"Lebih dari sekedar media palsu, mereka kombinasikan dengan LSM palsu yang sangat mengkhawatirkan karena dukungan daring dan akar rumput yang palsu. Di situlah letak disinformasi terjadi," kata direktur eksekutif EU Disinfo Lab Alexandre Alaphilippe kepada BBC, Senin (16/12).
Penyelidikan EU Disinfo Lab berawal dari EP Today, sebuah situs yang mengklaim sebagai majalah daring Parlemen Eropa. Pada Oktober lalu gugus tugas khusus Uni Eropa mengungkapkan EP Today telah mempublikasikan ulang berita-berita dari Russia Today dan Voice of America secara langsung.
Beberapa pihak mencurigai intervensi Rusia tapi EU Disinfo Lab menelusuri server di balik situs itu dan ternyata mengarah ke Srivastava Group. Peneliti mengungkapkan jaringan besar situs palsu berbahasa Inggris itu melayani kepentingan lobi India.
Banyak situs-situs tersebut menggunakan nama surat kabar yang sudah tutup untuk meningkatkan kredibilitas mereka. EU Disinfo Lab menjuluki situs-situs itu sebagai situs 'zombie' karena mereka membangkitkan media-media yang sudah gulung tikar.
Contohnya seperti salah satu situs yang bernama Manchester Times. Bagian 'About Us' situs tersebut menyalin dari halaman Wikipedia Manchester Times tapi tidak memasukan informasi penting seperti 'edisi terakhir surat kabar itu tanggal 22 Juli 1922'. Mereka juga tidak menyatakan situs tersebut berhubungan dengan kepentingan lobi India.
Beberapa situs mengubah nama media yang masih ada seperti Los Angeles Times menjadi Times of Los Angeles. Situs-situs itu juga menyalin konten dari berbagai organisasi media internasional agar mereka terlihat seperti situs berita sesungguhnya.
Peneliti juga menemukan situs situs itu menanamkan tulisan-tulisan anti-Pakistan dan opini dari LSM yang terhubung dengan jaringan yang melayani kepentingan lobi India. Times of Geneva menjadi situs paling canggih di jaringan tersebut dan membuat banyak video.
Berdasarkan aktivitasnya, situs itu tampaknya mengincar pembuat kebijakan di PBB. Situs tersebut belum diperbarui sejak 19 November, beberapa hari setelah UE Disinfo Lab mengumumkan penemuan pertama mereka.
Nomor telepon yang tercantum di situs tersebut juga tidak bisa dihubungi. Saluran Youtube dan akun Twitter Times of Geneva juga sudah ditutup.