Selasa 17 Dec 2019 12:08 WIB

Buku Promosikan ISIS Ditarik dari Sekolah Islam Birmingham

Buku mempromosikan ISIS terdapat di perpustakaan sekolah di Birmingham.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Ani Nursalikah
Buku Promosikan ISIS Ditarik dari Sekolah Islam Birmingham. Foto siswa Muslim di sebuah sekolah dasar di Inggris (ilustrasi).
Foto: Corbis
Buku Promosikan ISIS Ditarik dari Sekolah Islam Birmingham. Foto siswa Muslim di sebuah sekolah dasar di Inggris (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, BIRMINGHAM -- Sebuah sekolah Islam di kota Birmingham, Inggris, menarik buku-buku yang dinilai mengandung unsur ekstremis dari perpustakaannya lantaran mempromosikan kelompok negara Islam Irak dan Suriah atau ISIS. Dalam buku itu juga memuat imbauan agar tidak berteman dengan orang-orang Yahudi dan Kristen.

Catatan buku tersebut awalnya ditemukan di Sekolah Jamia Islamia di Fallows Road di Sparkbrook, Birmingham, Juni lalu. Buku tersebut ditemukan saat ada kunjungan inspektur Dewan Pengawas Pendidikan (Ofsted) ke sekolah anak laki-laki independen itu. Ofsted lantas menurunkan peringkat sekolah tersebut dari 'Perlu Peningkatan' menjadi 'Tidak Cukup'.

Baca Juga

Dalam laporan pihak pengawas tersebut, sifat dalam buku itu digambarkan secara aktif merusak nilai-nilai fundamentalis Inggris. Pengawas mengatakan, perpustakaan di sekolah Islam tersebut berisi buku-buku yang mempromosikan pandangan ekstremis dan dukungan untuk ISIS.

Sebagai contoh, serangkaian tujuan yang ditetapkan dalam satu buku, termasuk untuk membantu pemerintah Taliban menegakkan syariah di Afghanistan dan memperjuangkan penciptaan negara-negara Islam di mana Islam ditegakkan secara praktik.

"Di halaman depan buku ini terdapat kata-kata 'Jangan menjadikan orang Yahudi dan Kristen sebagai temanmu'. Buku-buku lain berisi pesan-pesan misoginis dan membolehkan hukuman fisik. Misalnya, satu buku menyatakan 'dalam batas-batas tertentu seseorang dapat menggunakan tongkat sampai batas yang diperlukan' ketika menghukum anak," kata pengawas dari Ofsted, seperti dilansir di Birmingham Mail, Selasa (17/12).

Namun demikian, para pemimpin di sekolah mengaku tidak mengetahui materi tersebut, meskipun mereka dicap dengan nama sekolah. Namun, pengelola mengonfirmasi buku-buku tersebut telah ditarik setelah penerbitan laporan mereka dari sebuah pemeriksaan lanjutan pada November lalu. Pimpinan sekolah segera menangani kekhawatiran sebelumnya pada saat inspeksi terakhir dilakukan, sehubungan dengan materi yang dinilai tidak pantas di perpustakaan sekolah.

"Perpustakaan telah diperiksa secara menyeluruh, dan semua materi yang tidak pantas telah dihilangkan. Para pemimpin telah memperkenalkan kebijakan perpustakaan yang menetapkan apa yang harus dan tidak harus disimpan di perpustakaan sekolah," kata pengelola sekolah.

Di sisi lain, mereka juga menegaskan sekolah telah merencanakan menggelar program acara siswa yang menghadirkan pembicara dari berbagai agama, termasuk para pemimpin Hindu dan Kristen. Namun demikian, buku-buku itu bukan satu-satunya perhatian utama yang disorot Ofsted pada Juni lalu.

Ofsted juga mengkritisi tempat sekolah yang dinilai kotor dan lembab. Mereka juga menyebut taman bermain sekolah yang berbahaya karena penuh puing-puing dan perangkap tikus. Selain itu, adanya siswa dengan disabilitas dan kebutuhan pendidikan khusus (SEND) dikecualikan. Ofsted menyebut itu melanggar undang-undang Persamaan. Namun, sekolah mengklaim mereka tidak dapat melayani siswa dalam kondisi demikian.

Ofsted juga menyoroti soal kehadiran, perilaku, kurikulum, kualitas pengajaran dan fakta siswa tidak boleh meninggalkan gedung di siang hari dan harus duduk di lantai aula saat makan siang tanpa kegiatan apa pun. Akan tetapi, pengawas mengidentifikasi banyak perbaikan selama pemeriksaan terbaru. Mereka menyimpulkan Jamia Islamia belum memenuhi semua standar sekolah independen yang disyaratkan.

Para pengawas mencatat jadwal telah diubah, mata pelajaran yang ditawarkan telah meningkat, sementara para guru telah menerima pelatihan tambahan.,Mereka juga mengonfirmasi tempat sekolah telah dibuat aman. Selanjutnya, siswa kini diperbolehkan istirahat di luar,  kehadiran dan perilaku dipantau dengan lebih baik, dan kebijakan penerimaan telah diubah untuk mengakomodasi anak-anak disabilitas.

Ofsted memuji dampak positif yang dibuat oleh kepala sekolah Monsoor Hussain, yang ditunjuk pada September lalu karena mendukung sekolah dua hari sepekan. Tetapi, mereka mengkritik fakta perbaikan sekolah tampaknya bergantung pada bantuan paruh waktu. Sekolah Jamia Islamia lantas menanggapi soal pemantauan dari Ofsted yang terbaru. Sekolah menyatakan sangat senang dengan hasil kunjungan Ofsted  pada 13 November 2019.

Dalam inspeksi standar sebelumnya, Ofsted mengemukakan sejumlah kekhawatiran yang mereka miliki dan mengidentifikasi sejumlah besar standar tidak terpenuhi. Karena itu, sekolah dengan cepat menempatkan rencana aksi untuk mengatasi masalah, yang terdiri dari sejumlah besar rencana aksi.

"Ofsted senang dengan rencana aksi yang dihasilkan dan kunjungan mereka baru-baru ini menegaskan meskipun masih ada beberapa standar yang tidak terpenuhi, kami telah membuat sejumlah besar kemajuan dalam beberapa bulan terakhir dan sekarang telah bertemu dengan sebagian besar dari mereka. Ofsted juga menegaskan mereka tidak memiliki keprihatinan besar mengenai sekolah kami dan kami sekarang bertujuan mendapatkan setidaknya penilaian yang baik dalam inspeksi standar Ofsted berikutnya," demikian pernyataan Sekolah Jamia Islamia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement