REPUBLIKA.CO.ID, WELLINGTON -- Seluruh korban erupsi gunung berapi di White Island telah diidentifikasi, Selasa (17/12). Pihak berwenang Selandia Baru secara resmi mengumumkan korban tewas adalah dua warga Australia dan satu warga Amerika Serikat (AS).
Erupsi di tujuan wisata populer sepekan lalu itu menewaskan total 18 orang. Sementara 17 lainnya menerima perawatan intensif untuk luka bakar parah. Menyusul pemeriksaan forensik yang panjang, korban tewas terakhir diidentifikasikan sebagai warga Australia.
Mereka di antaranya Richard Aaron Elzer (32 tahun) dan Julie Richards (47 tahun). Ada pula seorang warga AS dengan kediaman Australia, Barbara Jean Hollander (49 tahun).
Polisi juga untuk pertama kalinya mengidentifikasi dua korban yang mayatnya belum ditemukan. Mereka adalah warga Australia bernama Winona Jane Langford (17 tahun) dan warga Selandia Baru yakni Hayden Bryan Marshall-Inman (40 tahun).
"Proses DVI (identifikasi korban bencana) sekarang telah selesai," kata polisi dalam sebuah pernyataan dikutip Channel News Asia, Selasa (17/12).
Tim pencarian masih berharap menemukan jenazah Langford dan Marshall-Inman yang diyakini berada di perairan White Island. Namun, polisi mengatakan cuaca buruk Selasa pagi menghambat upaya pencarian.
Helikopter polisi berangkat ke pulau di pagi hari, tetapi terpaksa kembali. Semua korban meninggal, luka, dan hilang kini telah diidentifikasi dan disebutkan identitasnya di depan umum. Ada satu korban yang meninggal pada akhir pekan di rumah sakit Sydney yang keluarganya meminta detailnya tetap rahasia.
Setidaknya 12 dari 18 korban jiwa adalah warga Australia, sementara tiga lainnya adalah warga AS yang tinggal di Australia. Dua yang meninggal adalah warga Selandia Baru yang bekerja sebagai pemandu wisata di White Island.
Saat erupsi terjadi, terdapat total 47 pelancong dan pemandu berada di pulau. Mereka di antaranya datang dari Australia, AS, Inggris, China, Jerman, Malaysia, dan Selandia Baru.
Pihak berwenang hingga kini masih menyelidiki alasan operator tur mengizinkan membawa wisatawan ke tepi gunung berapi hanya beberapa hari setelah para ilmuwan meningkatkan tingkat ancamannya. Kendati demikian, Perdana Menteri Jacinda Ardern memperingatkan pekan ini bahwa penyelidikan bisa memakan waktu hingga satu tahun.