Selasa 17 Dec 2019 22:39 WIB

Anggota DPR Ini Usulkan Bentuk Panja Impor

Panja Impor dibentuk untuk menyelesaikan persoalan defisit neraca perdagangan

Suasana aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok. Neraca Perdagangan Indonesia kembali defisit sebesar 1,33 miliar dolar AS pada November 2019
Foto: Mihammad Adimaja/Antara
Suasana aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok. Neraca Perdagangan Indonesia kembali defisit sebesar 1,33 miliar dolar AS pada November 2019

REPUBLIKA.CO.ID, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data Neraca Perdagangan Indonesia bulan November 2019. Neraca Perdagangan Indonesia kembali defisit sebesar 1,33 miliar dolar AS. Angka tersebut berasal dari ekspor November 2019 sebesar 14,01 miliar dolar AS dan impor sebesar 15,34 miliar dolar AS.

Defisit ini melanjutkan tren bulan-bulan sebelumnya, dimana sepanjang Januari hingga November ini, secara kumulatif neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit sebesar  3,11 miliar dolar AS. Meski terbilang tak setinggi akumulasi tahun 2018 yang defisit mencapai 8,7 miliar dolar AS.

Kondisi ini berbanding terbalik dengan tiga tahun awal pemerintahan jokowi (2015-2017), yang berhasil mencetak skor positif dalam neraca perdagangan. Presiden Joko Widodo (Jokowi) pun jengkel lantaran neraca perdagangan Indonesia selalu mengalami defisit.

Menanggapi hal tersebut, anggota Komisi VI DPR RI, Nasim Khan meminta agar pemerintah serius dalam menyelesaikan defisit neraca perdagangan ini.

“Pemerintah harus serius dalam mengelola perdagangan internasional kita, jangan sampai defisit ini menjadi hal yang wajar dalam perekonomian kita,” kata Nasim di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (17/12) berdasar rilis yang diterima Republika.co.id.

Sebagai anggota komisi yang mengurusi tentang perdagangan dia mengaku akan secara serius mengawal defisit neraca perdagangan ini.“Kita akan mendorong Komisi VI untuk membentuk Panja Impor agar dapat melihat secara komprehensif permasalahan neraca perdagangan kita,” ungkap dia.

Pasalnya,  ia melihat bahwa impor Indonesia merupakan barang-barang yang sifatnya konsumsi. Impor pada bulan November ini meningkat terutama pada jenis barang konsumsi yang mencapai 16,13 persen dibanding bulan sebelumnya. Dan jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, impor konsumsi naik 16,28 persen,”

“Sebisa mungkin impor kita harus benar-benar produktif. Dan misalkan bisa diproduksi di dalam negeri, kita harus memaksimalkan produk-produk dalam negeri kita,” ucap dia.

Anggota DPR RI dari Daerah Pemilihan Jatim III ini menginginkan agar arahan Presiden Jokowi untuk mengatasi defisit neraca perdagangan ini benar-benar serius dilaksanakan dan bukan hanya sekedar wacana. Karena pada dasarnya, Indonesia mempunyai sumber daya manusia dan sumber daya alam yang kaya.

“Kita harus benar-benar memperkuat pengelolaan sumber daya  alam dan sumber daya manusia kita  untuk meningkatkan kesejahteraan bangsa di semua bidang, khusunya dalam rangka memaksimalkan ekspor produk-produk kita yang berkualitas internasional,”

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement