REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO -- Akademisi dari Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) I GA Ayu Ratna Puspitasari mengatakan, penggunaan karbol dengan aroma wangi yang menyengat bisa mencegah ular masuk ke dalam rumah.
"Ular secara biologi sangat mengandalkan penciuman dan satwa ini tidak suka bau yang menyengat. Karena itu membersihkan rumah dengan karbol yang wanginya menyengat atau menyemprot bagian-bagian jendela atau bawah pintu dengan pengharum ruangan juga dapat mencegah ular masuk rumah," katanya di Purwokerto, Rabu (18/12).
Ahli herpetologi Unsoed itu menambahkan, untuk mencegah ular masuk ke dalam rumah juga dapat dimulai dengan cara menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal. "Hindari menumpuk barang-barang di dalam dan juga di luar rumah. Hal ini untuk mencegah tikus masuk rumah sehingga ular juga tidak mencari tikus di dalam rumah," katanya.
Staf Laboratorium Taksonomi Hewan, Bagian Zoologi, Fakultas Biologi Unsoed itu juga mengatakan, ular bergerak dengan menggunakan otot perut dan berjalan dengan baik di alas, seperti tanah atau jalan beton. "Karena itu, untuk mencegah ular masuk ke dalam rumah, di depan pintu juga dapat diletakkan keset dengan bahan dasar ijuk yang kasar karena ular akan lebih susah berjalan di keset ijuk dan akan cenderung menghindari," katanya.
Selain itu, untuk mencegah populasi ular agar tidak menjadi sangat banyak, juga harus diperhatikan keberadaan predator ular, misalnya, burung hantu, biawak, dan musang. "Keberadaan burung hantu, biawak, dan juga musang harus menjadi perhatian karena merupakan predator ular," katanya.
Sebelumnya, dia juga menambahkan, kejadian ditemukannya ular dan anak ular kobra di beberapa daerah beberapa waktu belakangan ini belum tepat jika dikatakan sebagai serangan ular. "Ular tidak akan bersarang di permukiman warga apabila habitat alaminya masih ada. Pada musim hujan, ular akan mencari tempat yang kering, hangat, dan banyak makanan, yakni tikus," katanya.
Dia menambahkan, kata 'serangan' memberikan kesan aktif atau memberikan kesan ular secara sengaja masuk ke rumah. "Faktanya masuknya ular ke permukiman warga menunjukkan ketidakseimbangan ekologi. Semakin banyak alih fungsi lahan, kemungkinan bersinggungan dengan satwa liar misalkan ular akan semakin tinggi. Jadi, akan menjadi 'kewajaran' bertemu dengan satwa liar karena jika habitat mereka sudah hilang, lalu mereka harus pergi ke mana?" katanya.
Dia mengatakan, masyarakat perlu belajar hidup berdampingan dengan satwa dengan edukasi yang benar dan bukan mitos. "Walaupun memiliki stigma negatif dan mungkin menyeramkan bagi sebagian besar orang, ular tetap berperan penting dalam menjaga keseimbangan ekologi di alam. Jadi, kita tetap, secara tidak langsung, butuh ular di alam," katanya.