REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Sambut Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2019/ 2020, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Tengah siapkan sejumlah posko kesiapsiagaan bencana alam. Posko didirikan untuk mengantisipasi terjadinya bencana yang berpotensi mengganggu kelancaran mobilitas masyarakat pada perayaan Nataru nanti.
“Posko ini akan disiagakan selama 24 jam saat penuh, saat operasi pelayanan Nataru 2019/2020 efektif berlangsung,” ungkap Kepala BPBD Provinsi Jawa Tengah, Sudaryanto, di Semarang, Jawa Tengah, Rabu (18/12).
Ia mengatakan, mengacu informasi cucaca Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), puncak musim penghujan kali ini bakal berlangsung pada bulan Januari hingga Februari 2020. Pada masa peralihan musim atau masa pancaroba tersebut, dimungkinkan cuaca cenderung ekstrem dan potensi terjadinya bencana alam seperti angin rebut (puting beliung), hujan deras disertai petir, tanah longsor dan banjir.
Jajaran BPBD di Jawa Tengah berkepentingan untuk mengantisipasi resiko bencana alam, yang jamak menyertai pada saat musim penghujan tersebut.“Dengan menyiapkan posko kesiapsiagaan bencana selama 24 jam, diharapkan akan bisa membuat masyarakat semakin tenang selama merayakan hari besar dan malam pergantian tahun nanti,” tegasnya.
Posko kesiapsiagaan bencana ini, lanjut Sudaryanto, disiapkan dengan melibatkan instansi lain terkait, seperti TNI/ Polri, komponen Basarnas, BPBD kabupaten/ kota, Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Cipta Karya (DPU- BMCK) dan unsur lain.
Sehingga apabila terjadi kebencanaan, pada saat mobilisasi masyarakat meningkat, diharapkan posko ini bisa memberikan pelayanan serta penanganan lebih cepat dan komperehensif.
Di luar posko siaga di titik- titik rawan kebencanaan, masih jelas Sudaryanto, juga disediakan kanal informasi mapun pelaporan kebencanaan, melalui SMS di nomor 08121556495, Whatapps : 088 13809409. “Informasi seputar kebencanaan juga dapat diakses oleh masyarakat melelui nomor telepon / faksimili : 024-3562293 maupun di website : www.bpbd.jatengprov.go.id,” tambahnya.
Secara umum, lanjutnya, di wilayah Jawa Tengah setidaknya ada 1.691 desa yang rawan bencana banjir, 2.136 desa rawan bencana longsor serta 658 desa rawan bencana angin puting beliung. Sebagian wilayah desa ini berada pada kawasan pusat tujuan serta pergerakan masyarakat pada saat Nataru nanti. Guna mengantisipasi hal ini, BPBD Provinsi Jawa Tengah telah melakukan berbagai upaya pencegahan.
Yakni dengan menyiapkan Desa Tangguh Bencana (Destana), pemasangan Early Warning System (EWS) atau sistim peringatan dini kebencanaan serta simulasi dan pelatihan bagi masyarakat destana. Selain itu, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah juga menerbitkan surat edaran kepada seluruh bupati/ wali kota untuk mengkoordinir langsung langkah- langkah untuk mengantisipasi dampak musim penghujan.