Rabu 18 Dec 2019 20:24 WIB

Maarif Institute Kembali Gelar Award untuk Pejuang Toleransi

Award Maarif Institute akan diberikan untuk pejuang toleransi dan pluralisme,

Kerukunan antar Umat Beragama. (ilustrasi)
Foto: www.cathnewsindonesia.com
Kerukunan antar Umat Beragama. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Maarif Institute akan menggelar Maarif Award pada Mei 2020 untuk mencari figur-figur pejuang kemanusiaan dan memiliki komitmen yang tinggi terhadap toleransi, pluralisme, dan keadilan sosial.

"Maarif Award ini merupakan ikhtiar menemukan pribadi-pribadi penggerak dan tangguh yang berjuang untuk kemanusiaan di tingkat akar rumput," kata salah satu dewan juri Maarif Award 2020, Clara Joewono, saat jumpa pers di Kantor Maarif Institute, Jakarta Selatan, Rabu (18/12).

Baca Juga

Maarif Award adalah program penghargaan dua tahunan yang digelarMaarif Institute. Penghargaan ini diberikan untuk mengangkat model-model keteladanan dan kepemimpinan lokal dengan komitmen terhadap nilai-nilai kebhinekaan, anti kekerasan, dan antidiskriminasi.

Menurut Clara, Maarif Award pada tahun ini memiliki tantangan tersendiri ketika bangsa semakin dihadapkan pada gelombang air bah informasi dan agresivitas aktor-aktor transnasional yang dapat memberikan pengaruh besar pada dinamika lokal.

Dia menyebutkan, penyelenggaraan award tahun ini diharapkan menemukan sosok ataupun institusi yang mampu menjadi antitesis sekaligus siasat cerdas dalam menanggapi tantangan kemajemukan yang kini membayangi masyarakat Indonesia.  

Dewan Juri akan mencari sosok yang berada di daerah yang mengabdikan dirinya untuk kegiatan-kegiatan sosial demi kepentingan kemanusiaan, kepentingan agama dan kepentingan bangsa dengan tulus.

"Kita akan mencari orang biasa dengan karya yang luar biasa," ucap Clara.

Dewan juri lainnya, Nezar Patria, menyebutkan  penerima Maarif Award haruslah orang-orang yang tak hanya memiliki komitmen pada kebhinekaan, tapi juga mampu mendorong kemandin'an warga untuk peningkatan kualitas hidup serta pemuliaan harkat dan martabat manusia.

Menurut dia, menguatnya ujaran kebencian di media sosial telah mengikis pelan-pelan solidaritas kewargaan, bahkan solidaritas kemanusiaan. Fanatisme primordial, baik yang mengacu pada perbedaan SARA atau pun perbedaan aspirasi dan kepentingan politik, telah mengoyak Persatuan kita sebagai bangsa.

"Merebaknya ujaran kebencian (hate speech) dan berita bohong (hoaks)juga telah menjadi ancaman nyata atas kebinekaan Indonesia hari ini," katanya.

Direktur Eksekutif Maarif Institute, Abd Rohim Ghazali, menambahkan, Maarif Award tahun ini merupakan penyelenggaraan yang ke delapan setelah diselenggarakan sejak 2007.

Dari tujuh kali penyelenggaraan itu, terdapat sebelas pejuang kemanusiaan di tingkat lokal. Kesemuanya ditemukan dari pelosok Nusantara, dari Poso, Ambon, Lombok, Blitar, Salatiga, Magelang, Cilacap, Semarang, Medan, Padang dan Sikka (NTT).

"Para pejuang kemanusiaan itu ditemukan oleh publik dari beragam lokasi, yang tak pernah terkira sebelumnya. Mereka bekerja di dalam segala keterbatasan. Tetapi, semangat juang dan dampak positif yang dihasilkan mampu melampaui keterbatasannya," kata Rohim. 

Publik juga bisa turut terlibat dalam program ini. Keterlibatan tersebut dalam bentuk perekomendasian atau pengajuan nama-nama yang dianggap layak untuk mendapatkan Maarif Award.

  

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement