Rabu 18 Dec 2019 20:59 WIB

Lima Isu Negara Muslim akan Dibahas di KL Summit

Terdapat lima isu yang hendak dibahas dalam di KL Summit termasuk isu Rohingya

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Christiyaningsih
Suasana pengadilan internasional (ICJ) kasus Rohingya di Den Haag, Belanda, Rabu (11/12). Terdapat lima isu yang hendak dibahas dalam KL Summit termasuk isu Rohingya. Ilustrasi.
Foto: Koen van Weel/EPA
Suasana pengadilan internasional (ICJ) kasus Rohingya di Den Haag, Belanda, Rabu (11/12). Terdapat lima isu yang hendak dibahas dalam KL Summit termasuk isu Rohingya. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Setidaknya 250 perwakilan dari 52 negara Muslim dilaporkan akan berpartisipsi dalam Kuala Lumpur (KL) Summit kelima pada Kamis (19/12). Dilaporkan laman Aljazirah, setidaknya terdapat lima isu yang hendak dibahas dalam konferensi tersebut.

Pertama adalah krisis Rohingya. Awal Desember lalu Gambia, mengatasnamakan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) telah membawa kasus dugaan genosida terhadap Rohingya ke Pengadilan Internasional (ICJ) di Den Haag, Belanda. Persidangan pertama telah digelar selama tiga hari pada 10-12 Desember. Saat ini dunia tengah menunggu putusan apa yang akan diambil panel hakim ICJ terkait kasus tersebut.

Baca Juga

Isu kedua yang hendak dibahas adalah perihal Muslim Uighur di Xinjiang, Cina. PBB telah memperkirakan terdapat sekitar satu juta Muslim Uighur yang ditahan di kamp-kamp interniran. Pejabat tinggi Pentagon untuk Asia Randall Schriver bahkan menyebut kemungkinan ada tiga juta orang Uighur yang ditahan di kamp di Xinjiang.

Hingga kini Cina terus membantah dugaan-dugaan tersebut. Beijing mengklaim kamp yang didirikan di Xinjiang merupakan pusat pendidikan vokasi.

KL Summit juga akan membahas tentang perang Yaman. Negara tersebut sedang menghadapi krisis kemanusiaan terburuk di dunia. Penyebabnya adalah konflik antara koalisi pimpinan Arab Saudi dan kelompok Houthi.

Peperangan yang berlangsung sejak 2015 telah menyebabkan lebih dari 100 ribu orang tewas. PBB memperkirakan 18 juta warga Yaman hidup dalam kelaparan. Sementara 12 juta anak terjebak dalam pertempuran dan membutuhkan bantuan.

Isu keempat yang akan dibahas adalah ketidaksetaraan gender. The United Nation's Arab Human Development Report menunjukkan bahwa di negara-negara Arab, tingginya tingkat ketidaksetaraan gender beriringan dengan kurangnya peluang ekonomi di kalangan perempuan.

The World Economic Forum's 2020 Global Gender Index mengungkapkan bahwa 17 dari 20 negara terbawah dengan kesenjangan gender terluas adalah semua negara Muslim dan anggota OKI.

Isu terakhir yang akan didiskusikan adalah kesenjangan ekonomi. Beberapa negara Timur Tengah menikmati pendapatan per kapita tertinggi di dunia. Qatar yang memiliki kekayaan sumber daya minyak dan gas berada di urutan paling atas.

Namun ada pula negara anggota OKI, seperti Niger, yang masuk dalam kategori negara termiskin di dunia. Niger bahkan menempati urutan ketiga termiskin di dunia.

Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad mengungkapkan perhelatan KL Summit memang bertujuan untuk membahas dan menangani persoalan-persoalan yang sedang dihadapi negara-negara Muslim. Dia menyebut saat ini umat Muslim di berbagai tempat menghadapi penindasan dan penahanan.

Mereka pun harus menghadapi perang yang telah memporak-porandakan kota. Hal itu akhirnya memicu gelombang migrasi Muslim ke negara-negara non-Muslim. Meningkatnya Islamofobia di berbagai negara, terutama Barat, harus turut direspons.

Kendati demikian, Mahathir menyangkal bahwa penyelenggaraan KL Summit dimaksudkan untuk menyaingi OKI. "KL Summit yang memasuki edisi kelima adalah inisiatif organisasi non-pemerintah, yang didukung oleh Pemerintah Malaysia dan tidak dimaksudkan untuk menciptakan blok baru sebagaimana disinggung oleh beberapa kritikusnya," kata dia dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada Selasa (17/12).

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement