REPUBLIKA.CO.ID, Peristiwa penaklukkan Konstantinopel menjadi sejarah penting dalam peradaban Islam. Jatuhnya Kekaisaran Romawi Timur di Konstantinopel ke tangan Turki yang dipimpin Mehmed II Sang Penakluk pada 29 Mei 1453, merupakan peristiwa penting yang merupakan salah satu penanda berakhirnya Abad Pertengahan.
Sebuah karya baru mengungkap tentang alasan kuat Mehmed II yang dijuluki Sang Penakluk tersebut menaklukkan Konstantinopel. Karya tersebut berjudul al-Fath 1453 wa ‘alamat as-Sa’ah karangan Faridun Amhan, cendekiawan Turki.
Dalam buku tersebut disebutkan setidaknya tiga alasan di balik penaklukkan Mehmed II atas Konstantinopel, yang saat ini berpusat menjadi Kota Istanbul.
Alasan pertama, ambisi imperium dari Kesultanan Ottoman yang tidak pernah ada sebelumnya pada kekuasaan Islam. Wawasan para sultan Ottoman begitu kuat tentang letak strategis Istanbul dalam penaklukkan Konstantinopel. Terutama dalam perbatasan di Anatolia.
Kedua, penaklukkan ini adalah pembuktian Mehmed II atas tudingan sejumlah elite bahwa dia sosok yang tidak mampu memimpin. Para elite yang terdiri dari para paman dan sejumlah menteri menuding Mehmed tak berkompeten. Dalilnya adalah kekhawatiran pemberontakan oleh Janissari atau ancaman dari para penguasa Kristen. Penaklukkan ini tentu menjadi misi besar bagi Mehmed II untuk menepis semua dugaan itu.
Ketiga, para sultan Ottoman sadar betul, bahwa mereka belum mampu memberikan pelayanan terhadap penyelenggaran haji, sebagaimana yang dilakukan Dinasti Mamluk di Mesir. Maka, mereka menyibukkan diri dengan agenda besar yaitu mengangkat panji jihad.
Keempat, kejeniuasan Mehmed II membaca situasi lemahnya penguasa Kristen di wilayah Eropa. Ini antara lain tampak dari perseteruan antara Kristen Ortodoks dan Katolik.