REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Dalam debat pemakzulan di House of Representative Amerika Serikat (AS) anggota Partai Republik Mike Rogers menyamakan proses pemakzulan itu dengan kudeta. Hal itu karena menurutnya pemakzulan tersebut hanya berdasarkan kebencian Partai Demokrat kepada Presiden Donald Trump.
"Masalah yang dihadapkan ke House hari ini berdasarkan kebencian mendasarkan terhadap presiden kami, ini memalukan, perburuan penyihir, dan itu sama saja dengan mengkudeta presiden terpilih Amerika Serikat," kata Rogers dalam debat, Kamis (19/12).
Partai Demokrat yang menguasai House menuduh Trump menyalahgunakan kekuasaannya dengan meminta Ukraina menyelidiki mantan presiden dan kandidat presiden dari Partai Demokrat Joe Biden. Biden calon terkuat sebagai lawan Trump dalam pemilihan presiden 2020 mendatang.
Trump juga dituduh menghalang-halangi penyelidikan House dengan memerintahkan pejabat pemerintah untuk tidak memenuhi panggilan House untuk bersaksi. Dia juga dituduh tidak memberikan dokumen yang diminta dalam proses penyelidikan pemakzulan.
Debat tersebut menunjukkan perpecahan yang mendalam di Kongres atas perilaku Trump sepanjang kepresidenannya. Selain itu, debat memperlihatkan buruknya perpecahan politik di Amerika Serikat.
Anggota House dari Partai Republik Berry Loudermilk membawa agama dalam debat itu. Ia menggunakan kisah tentang persidangan Yesus yang dilakukan oleh gubernur Romawi Pontius Pilate.
"Dalam persidangan yang memalukan Pontius Pilate memberikan hak yang lebih besar kepada Yesus dibandingkan hak yang diberikan Partai Demokrat kepada presiden dalam proses ini, kata Loudermilk.
Sementara anggota Partai Republik lainnya Mike Kelly menyamakan proses pemakzulan dengan masa terburuk AS dalam Perang Dunia II. Ia menyamakan pemakzulan tersebut dengan serangan Jepang ke Pangkalan Angkatan Laut AS Pearl Harbor pada tahun 1941.