REPUBLIKA.CO.ID, CIUDAD JUAREZ -- Sejumlah pencari suaka asal Meksiko bermukim di tenda-tenda dekat perbatasan Amerika Serikat (AS), tepatnya di wilayah Ciudad Juarez. Di tengah udara yang dingin dengan suhu di bawah titik beku, mereka menanti giliran agar dapat melintasi perbatasan menuju AS.
Dalam beberapa bulan terakhir, pencari suaka yang berada di Ciudad Juarez meningkat pesat. Pemerintah negara bagian Chihuahua mengatakan, daftar tunggu para pencari suaka mencapai 1.200 orang, dengan 550 orang di antaranya memilih untuk tinggal di kamp-kamp dekat perbatasan AS. Hampir dari setengah pencari suaka adalah anak-anak di bawah usia 12 tahun.
"Demi kebaikan mereka sendiri, mereka tidak bisa terus menerus tinggal di ruang terbuka. Ini demi kebaikan anak-anak mereka yang dapat terkena tindak kejahatan dan cuaca buruk," ujar Kepala Layanan Perlindungan Sipil di Chihuahua, Enrique Valenzuela.
Prakiraan cuaca memprediksi suhu di wilayah Ciudad Juarez-El Paso berada di bawah titik beku hingga akhir pekan. Pada Rabu (18/12), seorang kakek dari negara bagian Zacatecas duduk di depan panggangan kecil di mana orang-orang sedang memasak makanan untuk sarapan.
Kakek tersebut tampak sedang mengaduk telur dan cabai, sementara cucunya yang berusia satu tahun duduk di kursi yang telah dibungkus dengan sweater berlapis-lapis. Kakek yang bernama Rodrigo itu membuat kopi dari air beku yang dia rebus di sebuah panci.
Rodrigo mengatakan, dia bepergian untuk mencari suaka bersama dengan putranya, menantu perempuan, dan seorang cucu. Dia pergi dari negaranya untuk menghindari kekerasan. Dia ingin keluarganya hidup dengan rasa aman dan sejahtera.
Rodrigo mengatakan, di perbatasan para pencari suaka tidur di tenda-tenda dengan alas kardus dan lembaran plastik. Ketika suhu turun menjadi -4 derajat celcius di pagi hari, cucu Rodrigo dan anak-anak balita lainnya menangis karena kedinginan.
Rodrigo menambahkan, keluarganya telah menunggu selama lebih dari dua bulan untuk dipanggil dalam daftar suaka. Dia mengaku akan tetap tinggal di tenda-tenda ketimbang pindah ke tempat penampungan yang telah disediakan.
"Antrean kami tinggal sepuluh keluarga lagi, jadi kami akan menyeberang dalam delapan hari ke depan atau lebih. Jika Anda tidak di sini untuk panggilan di pagi hari, keluarga Anda akan dihapus dari daftar setelah dua atau tiga kali tidak hadir," kata Rodrigo.
Sementara itu, seorang pencari suaka lain yang menolak disebutkan namanya memutuskan untuk pindah dari tenda-tenda di perbatasan karena udara dingin. Selain itu, dia mengkhawatirkan ada anggota kartel yang mengikutinya dari negara bagian Guerrero.
Keluarga lainnya juga memutuskan untuk meninggalkan tenda-tenda mereka karena khawatir anak-anak akan jatuh sakit. Bahkan, beberapa keluarga memilih untuk melintasi perbatasan secara ilegal ketimbang menunggu dalam kurun waktu yang sangat lama.
Para pejabat di negara bagian Chihuahua berencana melakukan pertemuan dengan pejabat AS untuk membahas situasi di kamp-kamp pencari suaka di perbatasan. Namun, Badan Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan AS tidak memberikan komentar terkait hal tersebut.
Presiden AS Donald Trump menetapkan kebijakan untuk mengurangi jumlah pendatang atau migran baru ke negaranya. Kebijakan tersebut menyebabkan puluhan ribu pencari suaka terutama dari Amerika Tengah bermukim selama berbulan-bulan di Meksiko sambil menunggu giliran jadwal pengadilan AS atau wawancara dengan petugas perbatasan.