REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah pernyataan permintaan maaf secara resmi keluar dari penyanyi Camila Cabello kepada penggemarnya. Dia menyatakan, dia sangat malu dengan komentar rasis yang dia buat di masa lalu.
Pernyataan itu datang dari perempuan berusia 22 tahun itu setelah akun Twitternya berbagi serangkaian cuitan yang diyakini berasal dari akun Tumblr asli Cabello. Pada serangkaian unggahan itu, dia terlihat menggunakan bahasa yang sensitif terhadap ras.
"Ketika saya masih muda, saya menggunakan bahasa yang membuat saya sangat malu dan akan menyesal selamanya," tulis Cabello di Twitter dan fitur Instagram Story-nya, dilansir di laman People, Kamis (19/12).
Dalam pernyataannya itu, dia menyadari bahwa dia tidak berpendidikan dan tidak tahu apa-apa mengenai apa yang dia tuliskan. Pelantun tembang ‘Havana’ itu lalu baru menyadari akan sejarah dan bobot, serta makna sebenarnya di balik bahasa itu, dia menyatakan sangat malu.
“Saya sangat malu bahwa saya pernah menggunakannya,” tulis dia.
Cabello melanjutkan, dia sebelumnya meminta maaf atas perilakunya, dan ia meminta maaf lagi sekarang. Dia mengaku tak pernah memiliki niatan atau kesengajaan untuk melukai siapapun. Dia menyesalinya dari lubuk hatinya yang terdalam.
“Saya berharap bisa, saya tidak bisa kembali ke masa lalu dan mengubah hal-hal yang saya katakan di masa lalu. Tapi begitu Anda tahu lebih baik, Anda berbuat lebih baik dan hanya itu yang bisa saya lakukan,” kata dia.
Cabello juga berbagi bahwa dia telah tumbuh dewasa sejak insiden itu. Dia menyebutkan, di usianya yang sekarang, dia telah tumbuh dewasa dan banyak belajar mengenai rasa sakit yang ditimbulkannya dengan cara yang tidak dia alami sebelumnya.
Kesalahan-kesalahan itu, kata dia, tidak mewakili orangnya atau orang yang pernah dia kunjungi. Dia menuturkan, dia hanya berdiri dan mendukung cinta dan inklusivitas. Menurutnya, di hatinya belum ada bahkan sedikit pun kebencian atau perpecahan.
"Sebenarnya saya sangat bodoh dan tidak sadar," tulis Cabello. Sejak itu, dia pun memutuskan untuk menggunakan platformnya sebagai media untuk berbicara tentang ketidakadilan dan ketidaksetaraan.
Dia bertekad untuk terus melakukan itu. Sekali lagi, dia tidak bisa mengatakan cukup seberapa dalam dia merasa sangat menyesal dan malu, dan dia pun meminta maaf lagi dari lubuk hatinya.