Kamis 19 Dec 2019 17:28 WIB

Erdogan: Turki Lindungi Kehormatan Al-Quds dan Palestina

Erdogan memberi pidato pembukaan pada acara KL Summit saat membahas Palestina.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan (kiri) berbicara dengan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad di Putrajaya, Malaysia, Rabu (18/12).
Foto: Malaysia's Department of Information via AP
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan (kiri) berbicara dengan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad di Putrajaya, Malaysia, Rabu (18/12).

REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan dirinya mengamati masalah-masalah yang sedang dihadapi komunitas global, termasuk negara-negara Muslim, dalam beberapa tahun terakhir. Turki, kata dia, berusaha berkontribusi dalam menyelesaikan persoalan tersebut.

Hal pertama yang disorot Erdogan adalah Palestina. Dia mengaku telah mengerahkan upaya untuk melindungi Palestina dari penindasan Israel. "Kami telah bekerja untuk melindungi kehormatan Al-Quds dan Palestina di hadapan pelecehan pemerintahan Israel yang tak mengenal hukum," kata Erdogan saat memberi pidato pembukaan pada acara Kuala Lumpur (KL) Summit pada Kamis (19/12), dikutip laman resmi kepresidenan Turki.

Baca Juga

Erdogan mengungkapkan Turki juga telah mengambil tindakan terhadap setiap aksi melanggar hukum  di berbagai tempat. "Dari Turkistan ke Arakan, dari Yaman ke Libya dan Suriah," ujarnya.

Pada kesempatan itu, dia pun menyuarakan tentang perlunya pembaruan atau reformasi tatanan global. Sistem itu harus dibangun di atas dasar keadilan dan kejujuran.

"Tatanan (saat ini), yang diciptakan oleh para pemenang Perang Dunia II, dibuat untuk melindungi kepentingan mereka sendiri dan mengabaikan nasib 1,7 miliar populasi Muslim dunia hanya karena keinginan lima anggota tetap Dewan Keamanan (PBB), telah datang ke akhir rentang hidupnya," ujar Erdogan.

Erdogan tiba di Malaysia pada Rabu (18/12). Dia telah melakukan pertemuan dengan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad di kediaman resminya. Pada kesempatan itu, Turki dan Malaysia menandatangani 15 perjanjian kerja sama di berbagai bidang, mencakup sains, teknnologi, dan pertahanan.

Mahathir mengungkapkan perhelatan KL Summit bertujuan untuk membahas, mendiskusikan, dan mencari solusi atas berbagai masalah serta persoalan yang sedang dihadapi negara-negara Muslim. Namun dia membantah bahwa konferensi itu memiliki maksud untuk menyaingi Organisasi Kerja Sama Islam (OKI). 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement