REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA -- Duta Besar China untuk Australia Cheng Jingye menyebut bahwa, maraknya pemberitaan mengenai penahanan dan penyiksaan terhadap satu juta warga Uighur di Provinsi Xinjiang adalah berita bohong atau hoax. Dalam konferensi pers di kantornya, Jingye mengatakan, penahanan massal di Xinjiang tidak memiliki keterkaitan dengan pelanggaran hak asasi manusia.
"Tidak ada hubungannya dengan hak asasi manusia, tidak ada hubungannya dengan agama, dan tidak berbeda dengan tindakan anti-terorisme seperti negara lainnya," ujar Cheng dilansir Guardian.
Ketika ditanya mengenai kritik Menteri Luar Negeri Australia Marise Payne terhadap penahanan massal Muslim Uighur, Cheng menjawab bahwa masalah yang terkait dengan Xinjiang adalah urusan dalam negeri Pemerintah China. Dalam konferensi pers, Cheng memutar video untuk menyatakan bahwa penahanan massal tersebut merupakan respons terhadap kekerasan yang terjadi di Xinjiang selama 20 tahun.
"Serangan dan kekerasan itu (merenggut nyawa) sebagian besar orang tak bersalah dan juga kerusakan besar pada properti. Pemerintah setempat mengambil langkah-langkah yang cukup sulit untuk menindak terorisme atau kekerasan itu," ujar Cheng.
Cheng mengatakan bahwa kamp-kamp penahanan di Xinjiang adalah pusat-pusat pendidikan yang ditujukan untuk deradikalisasi. Di dalam kamp tersebut, para tahanan diajarkan keterampilan kejuruan, termasuk pengetahuan hukum dan bahasa mandarin.
"Saya pikir jumlah peserta (di kamp penahanan) adalah dinamis. Beberapa dari mereka masuk, dan beberapa lainnya keluar," kata Cheng.
Cheng mengatakan sejak upaya pendidikan ulang, penyebaran ekstremisme secara efektif dapat diatasi. Dia mengklaim, tidak ada kasus kekerasan atau terorisme dalam tiga tahun terakhir. Namun, Cheng menghindar ketika ditanya mengapa Pemerintah China tidak mengizinkan pengamat internasional masuk ke dalam kamp.
"Apa yang dilakukan di Xinjiang tidak memiliki perbedaan dengan apa yang dilakukan negara-negara lain, termasuk negara barat dalam memerangi teroris," ujar Cheng.
Foto-foto satelit telah menunjukkan bahwa puluhan makam di wilayah barat laut China telah dihancurkan dalam dua tahun terakhir. Selaim itu, situs-situs keagamaan Islam juga telah dibongkar. Cheng mengatakan, saat ini ada 20 ribu masjid dan 29 ribu ulama Islam di Xinjiang. Dia mengklaim, kamp penahanan di Xinjiang tidak ada keterkaitan dengan agama tertentu.
Sebelumnya, aktivis terkemuka Uighur Rushan Abbas mengunjungi Australia untuk mendesak anggota parlemen menentang penahanan massal warga Uighur. Menurut Abbas, penahanan tersebut merupakan kekejaman yang belum pernah terjadi sebelumnya.