Kamis 19 Dec 2019 21:00 WIB

Desa Peduli Api di Banyuawin Sukses Kembangkan Ternak Sapi

Ternak sapi dikembangkan sejak 2016.

 Desa Makmur Peduli Api di Desa Pagar Desa, Kecamatan Bayung Lincir, Musi Banyuasin, Sumatra Selatan, sukses mengembangkan ternak sapi sejak 2016.  Foto: Seorang penggembala mendekati hewan ternaknya di peternakan sapi.
Foto: Basri Marzuki/Antara
Desa Makmur Peduli Api di Desa Pagar Desa, Kecamatan Bayung Lincir, Musi Banyuasin, Sumatra Selatan, sukses mengembangkan ternak sapi sejak 2016. Foto: Seorang penggembala mendekati hewan ternaknya di peternakan sapi.

REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG -- Desa Makmur Peduli Api di Desa Pagar Desa, Kecamatan Bayung Lincir, Musi Banyuasin, Sumatra Selatan, sukses mengembangkan ternak sapi sejak 2016. Peternakan sapi itu dikelola kelompok tani yang beranggotakan sebanyak 120 orang dan telah berkembang dari awalnya hanya 34 ekor menjadi 60 ekor.

Kepala Dusun I Desa Pagar Desa, Azril, Kamis, mengatakan program ternak sapi bergulir ini awalnya dibantu oleh dana tanggung jawab sosial (CSR) dari perusahaan perkebunan PT Bumi Persada Permai dengan menyerahkan 24 sapi indukan kepada kelompok tani. “Setiap kelompok beranggotakan empat orang, kalau indukan sudah beranak, indukan tersebut diserahkan ke anggota lainnya, begitu seterusnya,” kata Azril.

Baca Juga

Ia mengatakan, lantaran sukses, PT BPP pada 2017 menambah lagi 10 sapi indukan terkait dengan program Desa Makmur Peduli Api, yakni program pencegahan pembukaan lahan dengan cara membakar. Selain itu, Desa Pagar Desa juga mendapatkan tambahan 9 sapi dari program Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).

“Nah setelah berjalan selama empat tahun, sudah ada 60 sapi. Warga jadi terbantu secara ekonomi, sampai ada yang bisa untuk DP (uang muka) beli mobil dan rumah berkat ternak sapi,” kata dia.

Joni Iskandar, salah seorang peserta program ternak sapi bergulir itu mengatakan sangat terbantu secara ekonomi berkat program DMPA tersebut.

Menurutnya, sejak jatuhnya harga karet dalam beberapa tahun terakhir terjadi kesulitan ekonomi di desanya karena harga karet jatuh dari Rp12.000/kg menjadi Rp6.000/kg.

“Pemasukan hanya Rp1,7 juta/per hektare setiap bulan, jadi perlu pemasukan lain. Jadi saya bersyukur dapat bantuan ternak sapi ini, sama seperti nabung,” kata dia yang memiliki lahan karet sebanyak 2 hektare.

Satu ekor sapi anakan memiliki harga jual sekitar Rp 8 juta. Sementara jika sudah dipelihara setidaknya 1,5 tahun bisa mencapai Rp 12 juta. Menurutnya, pemeliharaan ternak sapi ini juga tidak terlalu sulit mengingat desa tersebut memiliki lapangan rumput liar yang cukup luas yang dapat dijadikan lokasi penggembalaan ternak.

Meski demikian, tidak setiap warga di desa tersebut memiliki ternak sapi karena ketidakberdayaan secara ekonomi. “Banyak perusahaan perkebunan di desa kami, tapi bantuan sejauh ini hanya dari PT BPP saja. Kami harap yang lain juga memiliki perhatian,” kata dia.

CSR Officer PT Bumi Persada Permai M Reza Pahlepi mengatakan perusahaan memberikan bantuan ternak sapi ke desa DMPA ini untuk membantu perekonomian masyarakat setempat. Selain itu, program ini dimaksudkan sebagai upaya pencegahan kebakaran hutan dan lahan melalui penguatan ekonomi masyarakat desa.

Sebagai pemasok APP Sinar Mas, perusahaannya berkomitmen mengawal program DMPA di desa yang memiliki 520 kepala keluarga ini. Selain ternak sapi, di desa tersebut juga ada bantuan program ternak kambing dan pertanian hortikultura.

“Keberhasilan ternak sapi Desa Pagar Desa ini patut diapresiasi karena dengan sebagian besar penduduk lokal ternyata mampu berternak sapi seperti desa-desa transmigrasi lainnya,” kata dia.

sumber : antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement