REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Figur publik Sarah Sechan mengaku selama ini sudah cerewet terhadap keluarganya soal penggunaan air. Begitu terlibat langsung dalam sebuah kampanye tentang kelestarian air, semakin cerewetlah dia.
“Mungkin kalau sekarang jadi lebih cerewet, misalnya, anak lagi mandi, lalu saya dengar airnya ngucur terus, saya langsung ke depan pintu kamar mandi. Saya teriak, "itu airnya matiin dulu, jangan dibuang-buang". Kayak gitu,” ungkap Sarah saat ditemui usai launching kampanye #1Untuk10 Aqua dan water.org di The Hermitage, Jakarta Pusat.
Sarah mengaku kesadarannya untuk menghemat air tumbuh sudah lama. Namun, ia mengatakan bahwa sebelumnya ia sempat kurang peduli saja karena merasa air bisa dengan mudah didapatkan.
"Perasaan mudah itu pasti dirasakan oleh semua masyarakat yang hidup di perkotaan," kata Sarah.
Sarah belum lama ini ditunjuk sebagai brand ambassador kampanye #1Untuk10 Aqua dan water.org. Ia pun mengaplikasikan pengetahuannya di lingkup keluarganya.
“Sekarang, kayak suami kalau cuci piring, kami kan memang nggak ada asisten rumah tangga, jadi cuci piring tadinya airnya dinyalain deras, sekarang dikecilin,” ujar Sarah.
Sarah juga mencermati hal kecil yang memboroskan penggunaan air, seperti membiarkan air keran mengalir ketika orang menggosok gigi. Ia lantas mengajak keluarganya untuk mengubah gaya hidup dan mendiskusikan cara-cara mengenai penghematan air.
"Kami jelasin betapa pentingnya air ini. Generasi sekarang harus lebih berhati-hati. Kalau dampak langsung mungkin tidak terlalu terasa karena meski menghemat, di perkotaan air bersih tetap lebih mudah didapat. Tapi dampaknya lebih ke awareness yang juga sebagai suatu pendidikan buat anak saya yang dia perlu tahu,” papar Sarah.
Sarah berharap dengan keluarganya paham mengenai penghematan air, wawasan itu bisa ditularkan pada orang sekeliling mereka. Ia juga ingin keluarganya bisa lebih bijaksana dalam menggunakan air demi anak cucu penerus bangsa.