REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- PT Asuransi Bintang Tbk menargetkan perolehan premi sebesar Rp 448,78 miliar pada akhir 2019. Angka ini meningkat dibandingkan realisasi tahun lalu sebesar Rp 443,62 miliar.
Direktur Utama Asuransi Bintang HSM Widodo mengatakan industri asuransi umum pada tahun ini cukup menatang. Hingga Oktober 2019, perusahaan mengantongi premi sebesar Rp 341,09 miliar atau naik 2,11 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya.
“Dengan kondisi ekonomi seperti saat ini, pelaku industri asuransi umum memang menghadapi tantangan untuk menggenjot perolehan premi. Termasuk dari lini bisnis yang selama ini menyumbang terbesar bagi premi yang didapat pelaku usaha yakni asuransi properti dan asuransi kendaraan,” ujarnya dalam keterangan tulis yang diterima Republika.co.id, Jumat (20/12).
Menurutnya pelaku industri juga harus menjaga kesehatan bisnis. Sebab ada beberapa lini bisnis yang menunjukkan tren rasio klaim yang terus meningkat.
"Sehingga ada pula potensi bisnis yang tak kami terima karena risikonya sedang jelek,” ucapnya.
Saat ini, Asuransi Bintang mencatat lini asuransi properti menjadi penyumbang terbesar premi segmen bisnis konvensional sebesar 44 persen, asuransi kendaraan bermotor yang berkontribusi sebanyak 23 persen. Sedangkan bisnis asuransi kesehatan menjadi kontributor terbesar segmen asuransi syariah sebesar 37 persen.
“Peningkatan premi bruto sebesar 2,11 persen, yang dikontribusikan terutama dari jenis asuransi motor vehicle, property, varia dan marine hull,” ucapnya.
Dari sisi premi reasuransi sebesar Rp 145,50 miliar atau naik 21,80 persen dari Rp 119,46 miliar. Adapun klaim netto meningkat signifikan mencapai 41,20 persen dari Rp 56,28 miliar menjadi Rp 79,46 miliar.
Sementara Presiden Direktur Asuransi Bintang Hastanto Sri Margi Widodo menambahkan peningkatan klaim tahun ini terutama dari jenis asuransi property dan motor vehicle. Sebagai konsekuensi umum dari peningkatan pendapatan premi bruto sebesar 12,68 persen dan peningkatan portfolio risiko sebesar kurang lebih 40 persen yang terjadi pada tahun sebelumnya.
“Tahun ini masih banyak efek oleh proses klaim-klaim gempa Palu dan Lombok masih ada proses ya, seperti business interuption seperti kita tunggu. Lalu juga riot-nya seperti apa, itu baru bisa finalnya tahun ini. Efek jadi credit over ke 2019. Klaim properti masih paling tinggi,” ucapnya.
Dari sisi hasil underwriting dan hasil investasi masing-masing turun 22,44 persen dan tumbuh 30,26 persen menjadi Rp 89,41 miliar dan Rp 12,14 miliar. Sedangkan beban usaha turun 21,52 persen menjadi Rp 94,41 miliar.
“Terkait underwriting strategies kita strick, kita lihat kalau ada bisnis secara konsep tidak making money 2019 kita lakukan pengetatan. Tahun lalu market tumbuh 5 persen, kita 12,5 persen. Tahun ini memang ada peningkatan,” ucapnya.
Asuransi Bintang membukukan laba sebelum pajak sebesar Rp 6,39 miliar per Oktober 2019 atau naik 4,45 persen dari Rp 6,12 miliar pada periode sama tahun lalu. Sedangkan laba usaha tumbuh 65,94 persen menjadi Rp 7,14 miliar.
“Pada 2019 penurunan pertumbuhan laba, pertama akibat peningkatan klaim yang terjadi sampai Rp 12 miliar. Kalau klaim sama dengan tahun lalu sebenarnya laba kita meningkat. Kedua, pertumbuhan 2,1 persen tapi biaya manajemen bisa turun sampai 4 persen. Lalu hasil investasi 2018 ada yang tidak biasa, revaluasi kurang investasi. Sementara revaluasi 2017 begitu tinggi,” ucapnya.