REPUBLIKA.CO.ID, BANJARBARU— Wakil Presiden, KH Ma'ruf Amin, mengingatkan masalah intoleransi bukanlah hal sepele saat ini.
Menurut Kiai Ma'ruf, jika sikap intoleransi dibiarkan, maka akan menjadi sumber dari radikalisme maupun terorisme. Itu disampaikan Kiai Ma'ruf saat memberi sambutan dalam Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional Tahun 2019 di Banjar Baru, Kalimatan Selatan, Jumat (20/12).
"Intoleransi bukan hal yang sepele, yang jika dibiarkan akan menjadi sumber dari radikalisme dan bahkan dalam kasus yang sangat ekstrem dapat menjadi benih terorisme," ujar Kiai Ma'ruf.
Kiai Ma'ruf menerangkan, sikap intoleran belakangan ini marak muncul dalam masyarakat Indonesia, baik itu perbedaan agama, perbedaan etnis, perbedaan pendapat, hingga perbedaan politik.
Menurutnya, perbedaan itu bahkan semakin tajam dan berpotensi mengganggu stabilitas kehidupan masyarakat. "Indonesia sebagai negara yang majemuk, perbedaan adalah sebuah keniscayaan. Karena itu, adanya sikap intoleransi dapat menggangu seluruh aspek kehidupan masyarakat," ujar Kiai Ma'ruf.
Karenanya, Kiai Ma'ruf meyakini kesetiakawanan sosial menjadi bagian upaya mengikis sikap intoleran tersebut. Karenanya, dia meminta semua pihak memahami arti kesetiakawanan sosial.
"Dengan memahami arti kesetiakawanan sosial dalam diri setiap manusia Indonesia, kita dapat menjadi manusia Indonesia yang menghargai perbedaan, baik itu perbedaan agama maupun perbedaan lainnya," ujar Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia tersebut.
Penyelenggaraan HKSN 2019 digelar di Banjarbaru, Kalimantan Selatan. Acara tersebut juga dihadiri Menteri Sosial Juliary Batubara dan Gubernur Kalimantan Selatan Sahbirin Noor.
Dalam acara itu Wapres menyerahkan penganugerahan tanda kehormatan Satyalancana Kebaktian Sosial. Hal ini dilakukan setelah pembacaan Surat Keputusan Presiden RI oleh Kepala Biro Gelar Tanda Jasa dan Tanda Kehormatan Sekretariat Militer Presiden, Laksamana TNI Imam Suprayitno.