REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Indonesia bekerja sama dengan ASEAN secara resmi menyepakati implementasi hibah untuk repatriasi pengungsi Rohingya ke Myanmar. Penandatangan perjanjian keduanya disaksikan oleh Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno Marsudi di Gedung Pancasila, Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) RI, Jakarta, Jumat (20/12).
Retno menegaskan langkah itu merupakan tindak lanjut dari komitmen Indonesia untuk menjadi bagian dari penyelesaian masalah yang ada di Rakhine State. Menurutnya, Indonesia terus mengikuti perkembangan proses repatriasi para pengungsi guna menciptakan perdamaian dan kemanusiaan yang ada di dunia.
"Kita selalu walk to talk dalam artian kita tidak hanya menyampaiakan statement dan komitmen, lalu kita lupa. Tapi, semua komitmen yang kita sampaikan secara lisan, kita tindaklanjuti," ujar Retno di Gedung Pancasila, Jumat.
Langkah itu juga merupakan kontribusi ASEAN pertama yang diberikan kepada ASEAN Secretariat guna mengimplementasikan laporan dari tim Prelemenary Need Assesment (PNA). Retno menjelaskan tiga rekomendasi besar PNA di antaranya, yakni meningkatkan kapasitas di pusat-pusat resepsi penerimaan dan transit area. Kedua, memperkuat diseminasi informasi. Sebab hal itu, kata Retno, penting sekali untuk membangun kepercayaan diri terutama bagi pengungsi yang kini ada di Cox's Bazar. "Intinya adalah membangun kepercayaan diri dari displace person yang ada di Cox's bazar mengenai persiapan repatriasi yang tentunya sekali lagi sukarela, aman, dan bermartabat," katanya.
Rekomendasi yang ketiga dari laporan PNA adalah memberikan dukungan terhadap pemberian basic service yang memiliki jangka waktu yang lama. Basic Services terdiri atas pendidikan, kesehatan, pengadaan air bersih, dan lain sebagainya. Hal itu tak bisa dicapai hanya sendiri. Untuk itu bermitra dengan negara lain di luar ASEAN sangatlah dibutuhkan. Dana hibah yang diberikan melalui Sekretariat ASEAN ini senilai Rp 7,5 miliar.
Retno mengatakan, langkah pemberian hibah itu adalah komitmen Indonesia yang disampaikan Presiden Joko Widodo dalam KTT ASEAN di Bangkok, Thailand beberapa waktu lalu. "Presiden juga menyampaikan bahwa progress harus ada. Kita sudah terlalu lama (menampung) displace person, sudah terlalu lama, lebih dari dua tahun," ujar Retno. Seperti diketahui, dana hibah berasal dari Indonesian Aid, yaitu dana kerja sama pembangunan yang baru saja diresmikan Indonesia.
Retno mengatakan, selain kepada Myanmar, Indonesia juga memberikan kontribusi ke beberapa negara di Pasifik, seperti Fiji, Nauru, Tuvalu, dan Kepulauan Solomon. "Total jumlahnya adalah 10,7 juta dolar AS. Sekali lagi, ini adalah komitmen Indonesia untuk berkontribusi lebih kepada perdamaian dan isu kemanusiaan," kata Retno.
Penandatanganan dana hibah bagi pengungsi Rohingya juga disaksikan oleh Sekretaris Jenderal (Sekjen) ASEAN Lim Jock Hoi, Duta Besar Myanmar untuk ASEAN U Min Lwin, serta para wakil tetap negara-negara ASEAN. Sementara itu, Sekjen ASEAN menuturkan tim ad hoc yang membantu proses repatriasi masih dalam pembentukan. Menurutnya, nanti mereka akan mengimplementasi tiga rekomendasi PNA sebagai aktivitas prioritas.
"Saya ingin mengambil kesempatan ini untuk menyampaikan apresiasi kepada Pemerintah Myanmar atas kerja samanya. Dan terima kasih kepada Indonesia atas hibah yang diberikan," kata dia.