Sabtu 21 Dec 2019 06:44 WIB

Doa Rasulullah SAW di Thaif yang Picu Kesedihan Malaikat

Rasulullah membaca doa saat ditolak berdakwah di Thaif.

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Nashih Nashrullah
Foto: ANTARA/Rivan Awal Lingga
Umat Islam mengunjungi Jabal Rahmah, Makkah, Arab Saudi, Rabu (26/10/2022). Jabal Rahmah adalah bukit yang mempertemukan Adam dan Hawa di Arafah yang letaknya dekat dengan Masjid Namirah yaitu berada di antara Mekkah dan Thaif, Arab Saudi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rasulullah SAW memilih Thaif sebagai kota kedua, setelah Makkah yang menjadi tujuan dakwah. Thaif sangat strategis karena merupakan salah satu basis permukiman warga padat penduduk dan  pusat perdagangan. Thaif sangat diperhitungkan Rasulullah karena Thaif adalah lokasi tempat tingal Bani Tsaqif, salah satu kabilah terhormat di Jazirah Arab. 

Namun, ternyata kedatangan Rasulullah dengan menempuh 100 km jalan kaki menunju Thaif dari Makkah, justru tidak disambut dengan baik, Rasul bahkan mengalami pengusiran yang tak terhormat. 

Baca Juga

Penyambutan tak mengenakkan itu ditanggapi Rasulullah dengan ketenangan. Beliau melakukan shalat lalu memanjatkan doa. Di sebuah kebun kurma milik kedua anak Rabi'ah, Nabi berhenti seraya memanjatkan doa, sebagaimana dinukilkan Imam at-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kabir, al-Baghdadi dalam al-Jami’ li Akhlaq ar-Rawi: 

اللّهُمّ إلَيْك أَشْكُو ضَعْفَ قُوّتِي ، وَقِلّةَ حِيلَتِي ، وَهَوَانِي عَلَى النّاسِ، يَا أَرْحَمَ الرّاحِمِينَ ! أَنْتَ رَبّ الْمُسْتَضْعَفِينَ وَأَنْتَ رَبّي ، إلَى مَنْ تَكِلُنِي ؟ إلَى بَعِيدٍ يَتَجَهّمُنِي ؟ أَمْ إلَى عَدُوّ مَلّكْتَهُ أَمْرِي ؟ إنْ لَمْ يَكُنْ بِك عَلَيّ غَضَبٌ فَلَا أُبَالِي ، وَلَكِنّ عَافِيَتَك هِيَ أَوْسَعُ لِي ، أَعُوذُ بِنُورِ وَجْهِك الّذِي أَشْرَقَتْ لَهُ الظّلُمَاتُ وَصَلُحَ عَلَيْهِ أَمْرُ الدّنْيَا وَالْآخِرَةِ مِنْ أَنْ تُنْزِلَ بِي غَضَبَك  أَوْ يَحِلّ عَلَيّ سُخْطُكَ، لَك الْعُتْبَى حَتّى تَرْضَى وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوّةَ إلّا بِك 

"Allahuma Ya Allah, kepada-Mu aku mengadukan kelemahanku, kekurangan daya upayaku di hadapan manusia. Wahai Tuhan Yang Maharahim, Engkaulah Tuhan orang-orang yang lemah dan Tuhan pelindungku. Kepada siapa hendak Engkau serahkan nasibku? Kepada orang jauhkah yang berwajah muram kepadaku atau kepada musuh yang akan menguasai diriku? Asalkan Engkau tidak murka kepadaku, aku tidak peduli sebab sungguh luas kenikmatan yang Engkau limpahkan kepadaku. Aku berlindung kepada nur wajah-Mu yang menyinari kegelapan dan karena itu yang membawa kebaikan di dunia dan akhirat dari kemurkaan-Mu dan yang akan Engkau timpakan kepadaku. Kepada Engkaulah aku adukan halku sehingga Engkau ridha kepadaku. Dan, tiada daya upaya melainkan dengan kehendak-Mu."

Malaikat Jibril iba menyaksikan Rasulullah itu terluka fisik dan hatinya. Jibril berkata, "Allah mengetahui apa yang terjadi padamu dan orang-orang ini. Allah telah memerintahkan malaikat-malaikat di gunung-gunung untuk menaati perintahmu." 

Para malaikat penjaga gunung itu berkata, "Wahai Muhammad! Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan kaummu terhadapmu. Aku adalah malaikat penjaga gunung dan Rabb-mu telah mengutusku kepadamu untuk engkau perintahkan sesukamu, jika engkau suka, aku bisa membalikkan Gunung Akhsyabin ini ke atas mereka."

Nabi dengan lembut berkata kepada Jibril dan malaikat penjaga gunung, "Walaupun mereka menolak ajaran Islam, aku berharap dengan kehendak Allah, keturunan mereka pada suatu saat akan menyembah Allah dan beribadah kepada-Nya." Nabi bahkan berdoa yang artinya, "Ya Allah berikanlah petunjuk kepada kaumku, sesungguhnya mereka tidak mengetahui."

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement