REPUBLIKA.CO.ID, SAMPIT -- Petugas Balai Konservasi Sumber Daya Alam Kalimantan Tengah Pos Sampit siaga mengantisipasi ancaman buaya. Antisipasi dilakukan menyusul kemunculan buaya yang menimbulkan kecemasan warga di beberapa bagian Kabupaten Kotawaringin Timur.
"Begitu ada laporan kejadian itu, langsung kami tindaklanjuti ke lapangan. Kami berupaya menangkap buaya tersebut," kata Komandan Jaga Balai Konservasi Sumber Daya Alam Kalimantan Tengah Pos Sampit Muriansyah di Sampit, Sabtu (21/12).
Berdasarkan laporan warga, pada Selasa (17/12) sekitar pukul 00.00 WIB buaya dengan panjang sekitar empat meter masuk ke kandang angsa. Buaya masuk ke kandang angsa milik warga Dusun Belanti, Desa Bengkuang Makmur, Kecamatan Mentawa Baru Ketapang.
Warga mendokumentasikan kemunculan buaya yang sempat terlilit jaring tersebut menggunakan kamera telepon seluler. Namun warga tidak berani menangkapnya. Pagi harinya, buaya tersebut pergi.
Satu hari kemudian, seorang warga diserang buaya di satu sungai yang ada di Desa Ganepo, Kecamatan Seranau. Desa Bangkuang Makmur dan Ganepo berseberangan dan hanya dipisahkan oleh Sungai Mentaya yang lebarnya sekitar 500 meter.
Pada Jumat (20/12), petugas Balai Konservasi Sumber Daya Alam Pos Sampit berupaya menangkap buaya yang muncul di kawasan itu menggunakan jerat dengan umpan bebek. Metode itu sebelumnya digunakan untuk menangkap buaya yang menyerang warga di Sungai Seranggas, Kecamatan Teluk Sampit.
"Tidak ada batas waktu dalam upaya penangkapan buaya ini sampai buaya berhasil ditangkap karena sudah sangat meresahkan dan mengancam keselamatan warga. Kami mengimbau masyarakat lebih waspada saat beraktivitas di sungai," kata Muriansyah.
Agustus lalu, ada buaya sepanjang lebih dari dua meter lebih yang terlilit jaring ikan milik nelayan di Desa Sei Ijum, Kecamatan Mentaya Hilir Selatan. Muriansyah menduga buaya menyerang ternak dan manusia karena susah mendapatkan mangsa di habitatnya.