Sabtu 21 Dec 2019 16:22 WIB

AS Laporkan Penyebab Anak Meninggal di Perbatasan

Meninggalnya dua anak di perbatasan tahun lalu memicu demonstrasi besar

Rep: Dwina Agustin/ Red: Christiyaningsih
Meninggalnya dua anak di perbatasan tahun lalu memicu demonstrasi besar. Ilustrasi.
Foto: AP Photo/Gregory Bull
Meninggalnya dua anak di perbatasan tahun lalu memicu demonstrasi besar. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Patroli Perbatasan Amerika Serikat (AS) memicu demonstrasi besar ketika dua anak meninggal dunia pada Desember 2018. Setelah satu tahun berjalan, investigasi yang dilakukan Departemen Keamanan Dalam Negeri Inspektur Jenderal (OIG) menghasilkan kalau tidak ada kesalahan dalam kematian itu.

"Tidak ada kesalahan atau penyimpangan oleh personil DHS," ujar OIG merujuk pada Departemen Keamanan dikutip dari Time.

Kedua anak yang meninggal tersebut adalah Felipe Gomez Alonzo yang berusia delapan tahun dan Jakelin Caal Maquin yang berusia tujuh tahun. Ada anak-anak lain yang juga meninggal dalam tahanan imigrasi atau tidak lama setelah pembebasan mereka.

Dalam kasus anak berusia tujuh tahun, OIG mengatakan anak itu sakit demam dan muntah-muntah. Kondisi ini terjadi setelah Patroli Perbatasan memindahkan dia dan ayahnya ke fasilitas di Lordsburg pada 7 Desember 2018.

Ketika gadis itu dan ayahnya tiba di Lordsburg, personel medis darurat mulai merawatnya dan menerbangkan gadis itu ke rumah sakit. Ayahnya mengikuti dengan mobil yang dikendarai oleh Patroli Perbatasan.

OIG mengatakan, otopsi pemeriksa medis menyatakan anak tersebut meninggal di rumah sakit pada hari berikutnya karena sebab alami sekuele sepsis Streptococcal. Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit, Streptococcus dapat menyebabkan berbagai penyakit, termasuk radang tenggorokan, demam memerah, dan demam rematik akut. Kondisi ini umum terjadi pada anak-anak antara lima dan 15 tahun.

Pada 18 Desember, seorang bocah lelaki berusia delapan tahun dan ayahnya ditangkap di dekat El Paso, Texas. Pada 24 Desember, setelah diangkut ke sebuah pos pemeriksaan di Alamogordo untuk menunggu penempatan, seorang agen melihat anak itu tampak sakit.

Staf membawa anak itu dan ayahnya ke rumah sakit terdekat. Setelah didiagnosis dengan infeksi saluran pernapasan, anak tersebut dipulangkan dan dikirim ke fasilitas Patroli Perbatasan.

Meskipun anak tersebut sempat membaik sebentar, kondisinya akhirnya memburuk dan dibawa lagi ke rumah sakit. Setelah tiba, anak itu tidak responsif dan dinyatakan meninggal.

OIG mengatakan, pemeriksa medis menunjukan anak itu meninggal karena sepsis yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus. Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit, bakteri Staphylococcus aureus adalah jenis kuman yang dalam banyak kasus tidak menyebabkan bahaya, tetapi kadang-kadang dapat menyebabkan infeksi serius.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement