Ahad 22 Dec 2019 07:23 WIB

Pompeo: Tangan Rusia dan China Berlumuran Darah

Veto Rusia dan China memblokir upaya pengiriman bantuan untuk warga Suriah.

Rep: Lintar Satria/ Red: Ani Nursalikah
Pompeo: Tangan Rusia dan China Berlumuran Darah. Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Mike Pompeo (ilustrasi).
Foto: AP Photo/Manuel Balce Ceneta
Pompeo: Tangan Rusia dan China Berlumuran Darah. Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Mike Pompeo (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Mike Pompeo mengatakan tangan Rusia dan China berlumuran darah. Hal ini ia katakan setelah dua negara itu menggunakan hak veto mereka dalam resolusi Dewan Keamanan (DK) PBB.

"Veto Federasi Rusia dan China kemarin terhadap resolusi Dewan Keamanan memalukan," kata Pompoe, Ahad (22/12).

Baca Juga

Veto Rusia dan China memblokir upaya pengiriman bantuan kemanusiaan ke jutaan warga sipil Suriah melalui Turki dan Irak. Resolusi tersebut dirancang oleh Belgia, Kuwait, dan Jerman. 

"Kepada Rusia dan Cina, yang telah memilih membuat pernyataan politis dengan menentang resolusi ini, tangan Anda berlumuran darah," kata Pompeo.

Pada Jumat lalu, Rusia yang didukung China mengajukan veto ke-14 di DK PBB dalam konflik Suriah sejak 2011. Resolusi itu akan membuat pengiriman bantuan kemanusiaan selama 12 bulan dari dua titik di Turki dan satu titik di Irak.

Namun, Suriah yang bersekutu dengan Rusia hanya menyetujui dua titik penyeberangan Turki selama enam bulan. Mereka juga sudah mengajukan rancangan resolusi sendiri.

Rusia dan China memveto resolusi Belgia, Kuwait dan Jerman. Sementara 13 anggota DK PBB lainnya menyetujui. Resolusi DK PBB hanya dapat disahkan bila mendapatkan sembilan suara dan tidak diveto oleh Rusia, China, Amerika Serikat, Inggris dan Prancis.

"Amerika Serikat akan tetap berkomitmen membantu mereka yang tak terdengar, lapar, terpaksa mengungsi dan yatim piatu untuk menerima bantuan kemanusiaan yang mereka butuhkan untuk bertahan hidup di mana pun mereka tinggal," kata Pompeo.

Sejak 2014, PBB dan organisasi kemanusiaan lainnya menyeberang ke Suriah melalui Turki, Irak, dan Yordania di empat titik yang diotoritasi DK PBB. Demi berkompromi dengan Rusia, resolusi Belgia, Kuwait dan Jerman tidak memasukan titik penyeberangan melalui Yordania.

Otoritas empat titik penyeberangan di Turki, Irak dan Yordania akan kedaluwarsa pada 10 Januari. Karena itu DK PBB masih bisa berusaha meraih kesepakatan walau beberapa diplomat mengatakan sekarang hal itu akan sulit diraih.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement