Ahad 22 Dec 2019 16:12 WIB

Donald Trump Undang PM Inggris untuk Negosiasi Pasca-Brexit

Kunjungan PM Inggris ke AS dikhawatirkan menyeretnya dalam proses pemakzulan Trump.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Donald Trump.
Foto: Republika
Donald Trump.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dilaporkan telah mengundang Perdana Menteri Inggris Boris Johnson untuk berkunjung ke Gedung Putih pada Januari 2020. Kedua negara disebut hendak menegosiasikan kesepakatan dagang baru pasca-Inggris hengkang dari Uni Eropa.

"Beberapa tanggal potensial telah diumumkan pada pertengahan Januari, tapi belum ada yang secara resmi disepakati. Namun jelas bahwa kedua belah pihak ingin mewujudkannya pada awal 2020," kata surat kabar Inggris, Sunday Times, mengutip seorang sumber internal Gedung Putih, Ahad (22/12). 

Baca Juga

Menurut Sunday Times, Johnson enggan bepergian sebelum Inggris resmi keluar dari Uni Eropa pada 31 Januari 2020. Dia pun disebut lebih tertarik untuk melakukan perjalanan luar negeri setelah merombak kabinet yang dijadwalkan dilaksanakan pada Februari. 

Johnson diperkirakan menunjuk menteri kantor kabinet Michael Gove sebagai negosiator perdagangan barunya. Jika prediksi itu terwujud, Johnson dapat dipastikan mengajak Gove saat melakukan kunjungan ke AS. 

Namun menurut Sunday Times, beberapa pejabat di Downing Street memiliki kekhawatiran jika Johnson benar-benar melakukan kunjungan ke AS. Mereka takut Johnson dapat terseret dalam proses pemakzulan Trump yang kini sedang berlangsung. 

Pada Jumat lalu, kesepakatan Brexit, Johnson telah disetujui parlemen Inggris. Itu merupakan langkah pertama untuk merealisasikan janjinya saat pemilu Inggris beberapa waktu lalu untuk menarik Inggris dari Uni Eropa pada 31 Januari 2020. 

Saat Inggris bersiap keluar dari Uni Eropa, Johnson dan Trump telah sepakat untuk menegosiasikan kesepakatan perdagangan bebas antara kedua negara. Trump pun telah menyatakan hal demikian sebelumnya. 

Menurut Trump, pasca-Brexit, Inggris dan AS bebas untuk menyepakati perjanjian dagang besar-besaran terbaru. "Kesepakatan ini memiliki potensi untuk menjadi jauh lebih besar dan lebih menguntungkan daripada kesepakatan apa pun yang dapat dibuat dengan Uni Eropa," kata Trump.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement