Ahad 22 Dec 2019 08:20 WIB

Kim Jong-un Ingin Tingkatkan Kemampuan Militer Korut

Kim Jong-un mengumpulkan para pemimpin militer Korut.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Nur Aini
Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-un
Foto: Alexei Nikolsky, Sputnik, Kremlin Pool Photo via AP
Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-un

REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG -- Pemimpin tertinggi Korea Utara (Korut) Kim Jong-un mengadakan pertemuan dengan para pemimpin militer guna membahas peningkatan kapabilitas militer negaranya. Pertemuan itu berlangsung di tengah meningkatnya kekhawatiran hubungan Korut dan Amerika Serikat (AS) soal denuklirisasi. Terlebih pada tenggat waktu yang diberikan Pyongyang ke AS untuk perubahan sikap hingga akhir tahun ini.

Kantor berita Korean Central News Agency (KCNA) mengatakan, Kim telah memimpin sebuah rapat bersama Komisi Militer Pusat Partai Pekerja Korut. Bahasannya tak lain adalah untuk meningkatkan angkatan bersenjata keseluruhan negara, secara militer dan politik.

Baca Juga

"Hal yang juga dibahas adalah masalah-masalah penting untuk perbaikan yang menentukan seluruh pertahanan nasional, dan hal-hal inti untuk pengembangan kemampuan militer yang berkelanutan dan dipercepat untuk pertahanan diri," demikian laporan KCNA yang dilansir kantor berita Reuters.

KCNA tidak memberikan rincian detail waktu dan tempat terjadinya pertemuan. Hasilnya juga tak disebutkan.

Komisi Militer Pusat Partai Pekerja Korut merupakan badan pembuat keputusan militer Korut. Kim memerintah negara itu sebgai komandan militer tertinggi sekaligus ketua komisi.

Korut, seperti diketahui, telah menetapkan batas waktu akhir bagi AS untuk mengubah kebijakan yang kerap mengalami kebuntuan dalam upaya membuat kemajuan dalam kesepakatan denuklirisasi, dan perdamaian abadi. Kim dan Presiden AS Donald Trump telah melakukan pertemuan sebanyak tiga kali sejak Juni 2018. Namun, sayangnya belum ada kemajan substansial dalam dialog antar kedua pemimpin itu. Korut pun menuntut sanksi internasional dicabut terlebih dulu.

Pada Sabtu, media pemerintah mengatakan, AS akan membayar mahal sebab merenggut hak asasi manusia melalui sanksinya. "Kata-kata jahat" Washington hanya akan memperburuk ketegangan di Semenanjung Korea.

Korut juga berulang kali menyerukan AS agar membatalkan "kebijakan bermusuhan" dan memperingatkan tentang "hadiah natal" jika batas waktu akhir tahun yang ditetapkan tidak terlaksana. Beberapa ahli mengatakan, Korut kemungkinan tengah mempersiapkan uji coba rudal balistik antarbenua yang dapat mengembalikannya ke jalur konfrontasi dengan AS.

Utusan AS untuk Korut Stephen Biegun, telah mengunjungi Korea Selatan dan China dalam sepekan terakhir. Dia mengeluarkan seruan publik dan langsung ke Korut untuk kembali ke meja perundingan, tetapi belum ada tanggapan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement