REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Presiden Turki Recep Tayyib Erdogan mengatakan jika diperlukan Turki akan meningkatkan dukungan militer agar internasional mengakui pemerintah Libya. Ia menambahkan akan mengevaluasi setiap opsi baik dari udara, laut dan udara.
Turki mendukung Pemerintahan Perjanjian Nasional (GNA) Fayez al-Serraj di Libya yang hancur karena konflik sejak tahun 2011. Dalam laporan pakar PBB, Ankara juga telah mengirimkan pasokan militer ke GNA walaupun PBB menerapkan embargo senjata ke Libya.
Turki juga pernah mengatakan dapat mengerahkan pasukannya ke Libya bila GNA meminta. GNA telah berperang melawan pasukan Khafila Haftar yang bermarkas di timur negara itu selama berbulan-bulan. Pasukan Haftar mendapatkan dukungan dari Rusia, Mesir, Yordania dan Uni Emirat Arab.
"Jika dibutuhkan kami akan meningkatkan bantuan kami ke Libya dalam aspek militer, dan akan melakukan evaluasi di semua opis, dari darat, laut dan udara," kata Erdogan dalam sebuah acara di provinsi Kocaeli, Ahad (22/12).
Sebelum Erdogan, Menteri Pertahanan Turki Hulusi Akar mengatakan Turki akan tetap berada di pihak pemerintahan Libya. Setidaknya sampai perdamaian, stabilitas dan keamanan di negara itu tercapai.
Pada bulan lalu Turki dan GNA telah menandatangani kesepakatan untuk meningkatkan kerjasama militer. Mereka juga menyepakati kesepakatan batas maritim yang membuat Yunani marah.
Ankara dan Athena telah berselisih tentang sumber daya hidrokarbon di lepas pantai yang memisahkan kedua negara itu di pulau Siprus. Turki membantah tuduhan Yunani yang menyatakan kesepakatan mereka dengan Libya melanggar hukum international.
"Tidak ada orang yang boleh datang ke kami dengan upaya untuk mengusir kami, menjebak kami di lepas pantai kami sendiri atau mencuri kepentingan ekonomi kami, kami tidak memiliki niat untuk memulai konflik dengan siapa pun tanpa alasan, atau merampok hak siapa pun," kata Erdogan.
Turki mengatakan kesepakatan itu bertujuan untuk melindungi hak mereka di timur Mediterania. Erdogan mengatakan Turki 'jelas' tidak akan membatalkan kesepakatan tersebut dengan Libya.
"Mereka yang menentang kami tidak memiliki rasa keadilan, hukum, hak, etika atau belas kasih," kata Erdogan yang tampaknya menyinggung negara-negara yang menentang kesepakatan maritim tersebut seperti Yunani, Israel dan Mesir.