Senin 23 Dec 2019 08:39 WIB

Tiga Definisi Takdir Menurut Islam

Menerima takdir bukan berarti pasrah menerima keadaan.

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Ani Nursalikah
Menerima takdir bukan berarti pasrah menerima keadaan..Ilustrasi Berdoa
Foto: Pixabay
Menerima takdir bukan berarti pasrah menerima keadaan..Ilustrasi Berdoa

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Takdir merupakan hukum sebab akibat yang berlaku secara pasti sesuai dengan ketentuan Allah SWT, yang baik maupun yang buruk. Sedangkan ikhtiar merupakan kebebasan atau kemerdekaan manusia dalam memilih serta menentukan perbuatannya.

Dalam bahasa Arab, takdir disebut qadara atau yuqaddiru atau taqdir. Arti harfiahnya adalah ukuran, ketentuan, kemampuan, dan kepastian.

Baca Juga

Sedangkan ikhtiar dalam bahasa Arab adalah ikhtara atau yakhtaru atau ikhtiyar yang berarti memilih. Kata ini seakar dengan kata khayr yang berarti baik. Ikhtiar dapat pula diartikan memilih yang lebih baik diantara yang ada. Berikut definisi takdir dalam Islam.

Definisi Alquran

Takdir dalam Alquran  terdapat dalam Alquran Surah Al Anam ayat 96, Surah Al Furqan ayat 2, Surah Yasin ayat 38, dan Surah Fussilat ayat 12. Keseluruhan ayat tersebut terdapat tiga kesimpulan.

Pertama, takdir berlaku untuk fenomena alam, artinya hukum dan ketentuan dari Tuhan mengikat perilaku alam sehingga hukum sebab akibat yang terjadi di alam ini dapat dipahami manusia.

Kedua, takdir Tuhan terkait hukum sosial (sunnatullah). Hukum ini melibatkan manusia di dalamnya. Ketiga, akibat dari takdir dalam arti hukum kepastian Allah yang baru diketahui setalah berada di akhirat.

Takdir yang seperti ini yang harus diyakini dengan keimanan. Selama manusia masih di dunia, dampaknya belum bisa dibuktikan hanya melalui Alquran, manusia membayangkannya saja. Inilah yang disebut qadarullah, nasib manusia yang ditentukan oleh perbuatannya selama di dunia.

Definisi Teologi Islam 

Dalam teologi Islam, Tuhan berkehendak mutlak. Allah yang menciptakan alam, termasuk manusia. Karena itu, kebebasan manusia sangat kecil di hadapan Tuhan.

Secara alamiah sesungguhnya manusia telah memiliki takdir yang tidak bisa diubah. Manusia secara fisik tidak bisa berbuat lain kecuali mengikuti hukum alam.

Tetapi manusia memiliki daya kreatif. Inilah yang menyebabkan manusia bebas berpikiran dan berkehendak.

Kehidupan manusia, menurut teologi Asy'ariah, merupakan realisasi dari apa yang digariskan Tuhan pada saat azali, baik kehidupan yang baik ataupun yang buruk, beruntung atau merugi, dan senang atau menderita. Manusia akan menjalani semua ini sejak lahir sampai mati.

Takdir Bukan Sekadar Pasrah

Takdir tidak sama dengan menerima nasib secara pasrah, dalam arti tidak mau berusaha sama sekali. Doktrin tentang takdir dalam Islam tidak mengarahkan manusia ke sikap fatalistik atau menyerah kalah kepada nasib (fate).

Islam sangat menekankan pentingnya usaha dan amal perbuatan. Dalam Alquran dinyatakan manusia tidak akan mendapatkan sesuatu selain yang dia usahakan, dan bahwa hasil usahanya itu akan diperlihatkan (kepadanya), kemudian akan dibalas dengan balasan yang setimpal sesuai Surah An Najm ayat 39-41.

Ayat inl sering dijadikan nujukan pandangan bahwa makna takdir harus diletakkan secara proporsional. Bertopang dagu sambil menerima nasib merupakan salah satu gejala fatalistik.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement