REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG -- Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur menyiapkan enam unit mesin untuk mendukung pengolahan tanaman kelor. Mesin itu akan dioperasikan oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) di Desa Kufeu, Kecamatan Io Kufeu, Kabupaten Malaka.
"Enam unit mesin disiapkan untuk pengolahan kelor di Kufeu, tetapi baru dua atau tiga unit yang disalurkan karena dari sisi hulunya belum kuat," kata Kepala Bappelitbangda Provinsi NTT, Lecky Frederich Koli kepada Antara di Kupang, Senin.
Bantuan mesin ini, menurut Lecky, diharapkan dapat meningkatkan produksi tepung kelor di Kufeu yang sejauh ini sudah diolah menjadi aneka produk, seperti sabun dan pelembap tubuh. Menurut dia, produk tepung kelor di Kufeu sudah diminati pasar luar negeri, terutama Jepang yang meminta pasokan sebesar 40 ton per pekan.
Namun demikian, Lecky menjelaskan, kapasitas produksi tepung kelor di daerah itu masih kecil. Dalam satu bulan, Kefeu hanya bisa menghasilkan 900 kilogram tepung kelor.
"Karena itu memang masih butuh kerja keras dan konsolidasi bersama untuk bisa menjawab permintaan pasar dari Jepang ini," katanya.
Sejuta manfaat kelor.
Lecky mengatakan, selain bantuan mesin, pemerintah provinsi juga melakukan konsolidasi pengembangan kelor di Kufeu, di antaranya memperbaiki kualitas produk dan saat ini telah memenuhi syarat dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Selain itu, pihaknya mendorong masyarakat setempat agar terus mengembangkan luas lahan untuk produksi bahan baku kelor organik.
Menurut Lecky, untuk mencapai 400 ton tepung kelor dalam sepekan maka dibutuhkan pasokan bahan baku sebanyak 400 ton. Itu artinya harus ada sekitar 60 ton daun kelor dalam sehari.
"Karena itu pengembangan lahan sangat penting dan kami terus mendorong agar di sisi hulunya berupa produksi bahan baku di sana diperkuat dulu baru bisa menjawab permintaan ekspor," katanya.