Senin 23 Dec 2019 14:49 WIB

Akademisi Petakan Perumahan di Padang yang Rawan Ular

Sejumlah perumahan di Padang rawan kemunculan ular.

Ular kobra. Sejumlah perumahan di kota Padang, Sumatra Barat rawan kemunculan ular.
Foto: EPA
Ular kobra. Sejumlah perumahan di kota Padang, Sumatra Barat rawan kemunculan ular.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Akademisi Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Sumbar Fachrul Reza MSi memetakan sejumlah daerah di Padang yang sering ditemukan ular di permukiman. Menurutnya, kemunculan ular kerap terpantau di Kecamatan Kuranji, khususnya perumnas Belimbing dan Perumahan Taruko.

"Biasanya yang paling sering dijumpai di situ kobra, kalau orang Padang bilangnya ular simancik", kata dia di Padang, Senin.

Baca Juga

Sedangkan di daerah Kecamatan Koto Tangah, khususnya Lubuk Buaya, menurut Fachrul, jenis ular yang sering dijumpai adalah piton atau sembatik. Fachrul menjelaskan, Lubuk Buaya merupakan habitat ular karena dulu adalah rawa-rawa.

Di sisi lain, Fachrul menilai di Sumatera Barat ada kearifan lokal dalam mengatasi ular. Di daerah lain, ada yang suka berburu ular di hutan, berbeda dengan orang Minang.

Fachrul mengatakan, jika ada ular masuk permukiman maka itu risikonya mati karena warga tidak mengganggu habitatnya. Ia mengungkap alasan ular sering masuk permukiman warga, terutama saat musim hujan.

"Ular termasuk hewan berdarah dingin, saat musim hujan akan mencari tempat yang hangat dan permukiman warga adalah tempat yang pas," kata dia.

Fachrul mengungkapkan, keberadaan ular di permukiman sebenarnya hal biasa, akan tetapi karena musim hujan volumenya meningkat. Menurutnya, sejak dulu ular juga sering muncul di permukiman masyarakat, namun karena sekarang penggunaan media sosial marak kesannya jadi ramai.

Fachrul mengatakan, ular merupakan hewan dengan penciuman dan pendengaran yang lemah berbeda dengan hewan mamalia yang mendengar ada suara manusia akan langsung menghindar. Selain itu, faktor makanan juga menjadi penyebab ular sering masuk permukiman.

"Misalnya ada tikus atau permukiman dekat ladang dan ada tanaman biji-bijian yang dimakan burung, sedangkan burung adalah santapan ular," katanya/

Fachrul menyampaikan jika masyarakat menemukan ular di permukiman tidak perlu panik dan khawatir. Solusinya ada dua.

"Jika mampu menangkap sendiri silahkan, jika dirasa tidak mampu bisa melapor ke pihak berwenang," kata dia.

Fachrul menilai, jika ular itu berbisa dan membahayakan terpaksa dibunuh, jika tidak cukup diusir saja pakai tangkai sapu. Ia menjelaskan, untuk membedakan ular berbisa dengan tidak bisa dapat dikenali dengan bentuk kepala.

"Ular berbisa biasanya ukurannya kecil dan kepalanya berbentuk segitiga dan sisik di atas kepala kecil-kecil atau kepalanya bersendok," katanya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement