Senin 23 Dec 2019 17:29 WIB

Romo Benny Harap Masyarakat Teladani Kasimo dan Natsir

Romo Benny mengisahkan toleransi antara Kasimo dan Natsir.

Rep: Febrianto Adi Saputro/ Red: Muhammad Hafil
Romo Benny Harap Masyarakat Teladani Kasimo dan Natsir. Foto: Romo Benny Soesatyo (kiri)
Foto: Adhi Wicaksono/Republika
Romo Benny Harap Masyarakat Teladani Kasimo dan Natsir. Foto: Romo Benny Soesatyo (kiri)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jelang natal 2019, anggota Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Benny Susetyo berharap masyarakat meneladani contoh yang ditunjukan dua tokoh nasional besar dalam menghargai perbedaan antarumat beragama di Indonesia. Kedua tokoh tersebut yaitu mantan pemimpin Partai Masyumi Mohammad Natsir dan pendiri Partai Katholik Indonesia Ignatius Joseph Kasimo Hendrowahyono.

"Natsir menceritakan bagaimana Kasimo itu pertama kali yang memberi salam selamat  setelah shalat ied, pasti Kasimo yang pertama. Tapi Kasimo juga memberi kesaksian bahwa Natsir lah orang pertama yang memberikan selamat natal, setelah selesai Kasimo misa. Apa artinya, di antara tokoh-tokoh bangsa itu, itu sudah terjadi hubungan silaturahmi biasa, silaturahmi, jadi hari-hari besar itu momen silaturahmi," kata Benny mengisahkan kepada Republika, Senin (23/12).

Baca Juga

Menurutnya hal tersebut tidak ada kaitannya dengan ritual keagamaan. Oleh karena itu ia pun mengajak seluruh masyarakat untuk saling menghormati, menghargai, dan tidak  memaksakan orang lain untuk mengucapkan selamat natal.

"(ucapan) itu kan ketulusan," ujar rohaniawan katholik tersebut.

Kemudian dirinya berharap perbedaan sikap antarumat beragama tidak menjadi persoalan yang dibesar-besarkan. Sebab, imbuhnya, kita hidup dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

"Ya sebagian ada yang pro dan kontra itu biasa dalam suatu negara demokrasi," jelasnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement