REPUBLIKA.CO.ID, Saat belahan bumi selatan merayakan awal musim panas, bagian utara khatulistiwa mengalami hari terpendek tahun ini. Momen itu dikenal sebagai titik balik matahari musim dingin.
Untuk pertama kalinya dalam empat tahun, peristiwa itu jatuh pada 22 Desember pada tahun ini. Momen itu menjadi awal musim dingin astronomi.
Kata solstice (titik balik matahari) berasal dari kata Latin, sol yang berarti matahari dan sistere yang berarti berhenti atau berdiri. Pada hari yang sama di seluruh dunia, titik balik matahari terjadi ketika matahari mencapai titik terendah atau tertinggi di langit sepanjang tahun, sebagai akibat dari poros bumi yang memiringkan ke atau menjauh dari matahari.
Secara historis, titik balik matahari musim dingin menjadi sangat penting bagi banyak budaya, seperti Mesir Kuno dan Roma Kuno. Momen tersebut sering sebagai penanda untuk musim yang lewat, dan kemungkinan waktu kelahiran kembali.
Di Eropa utara, dari Kepulauan Faroe ke Estonia, orang-orang Jerman sejak lama merayakan solstice yang dikenal sebagai Yule. Saat Yule datang, orang-orang Norse merayakan kelahiran kembali matahari selama 12 hari. Momen itu juga dirayakan orang-orang penyembah berhala, Anglo-Saxon.
Menurut Pliny the Elder, di Inggris, para imam Druid akan menandai tanggal penting dengan mengumpulkan tanaman mistletoe dan mengorbankan lembu jantan.
Selain mistletoe dan perayaan 12 hari, beberapa tradisi Natal, seperti kayu bulat Yule dan pohon-pohon hias, tanggal Yule, kemudian diadopsi dan diadaptasi orang Kristen.
Titik balik matahari musim dingin masih dirayakan di beberapa bagian Inggris. Tradisi tahunan yang paling populer adalah para Druid, penyembah berhala yang berkumpul di Stonehenge, Inggris untuk menyaksikan matahari terbit.
Ribuan orang berkumpul pada Ahad pagi di monumen Wiltshire, yakni batu-batu yang ditempatkan dan dibentuk untuk membingkai matahari saat terbit selama soltis musim panas dan musim dingin. n Umi Nur Fadhilah