Selasa 24 Dec 2019 12:31 WIB

Perlu Kesadaran Kolektif untuk Cegah Bencana Sumbar

Kesadaran kolektif bisa mencegah bencana di Sumbar.

Rep: Febrian Fachri/ Red: Muhammad Hafil
Situasi pasca banjir di Nagari Bukik Sikumpa, Kecamatan Lareh Sago Halaban, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumbar, Kamis (12/12).
Foto: Dok Istimewa
Situasi pasca banjir di Nagari Bukik Sikumpa, Kecamatan Lareh Sago Halaban, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumbar, Kamis (12/12).

REPUBLIKA.CO.ID,PADANG--Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo mengajak seluruh komponen baik dari pemerintah daerah hingga masyarakatnya agar menyamakan persepsi. Khususnya, dalam upaya mempersiapkan diri bersama menghadapi potensi bencana alam di wilayah Provinsi Sumatra Barat.

Mantan Komandan Jenderal Kopassus itu mengatakan kesadaran kolektif dari pemerintah daerah hingga masyarakat sangat penting karena persamaan persepsi tersebut bisa menjadi langkah baik dalam memperbaiki lingkungan dan mencegah terjadinya bencana.

Baca Juga

"Kesadaran kolektif ini bisa menjadi langkah yang baik dalam upaya pencegahan," kata Doni saat rapat koordinasi bertajuk Membangun Kesadaran Masyarakat Secara Kolektif dalam Pengurangan Risiko Bencana Banjir dan Banjir Bandang di Kota Padang.

Doni menambahkan Sumatra Barat merupakan wilayah dengan potensi ancaman bencana yang tinggi. Dalam sebuah catatan sejarah, Sumatra Barat menurut Doni disebut sebagai 'supermarket' bencana di wilayah Sumatera. Selain gempa dan tsunami, Bumi Minang juga memiliki ancaman bencana gunung api, longsor dan banjir bandang.

Melihat fakta tersebut, Doni yang merupakan putra asal Sumatra Barat mengharapkan agar pemerintah hingga masyarakat belajar dari apa yang sudah digariskan di wilayah Sumatra Barat tentang potensi bencana alam.

Selain bencana oleh alam, Doni juga menyoroti maraknya praktik pertambangan liar tanpa izin di bantaran Sungai Batanghari yang sangat berpotensi merusak lingkungan bahkan berdampak langsung terhadap kesehatan masyarakat karena penggunaan merkuri.

Doni meminta agar pengerusakan alam dan lingkungan Sumatra Barat agar dihentikan. Doni menyebut Sumatra Barat memiliki potensi ekonomi dari sektor wisata dan hasil pertanian dan perkebunan. Menurut dia, masyarakat yang selama ini mencari nafkah dengan melakukan aktivitas tambang dan penebangan pohon secara ilegal beralih profesi dengan memanfaatkan potensi alam Sumbar secara legal.

Kemudian Doni meminta tiga elemen penting dalam masyarakat Minangkabau yang dinamakan 'Tigo Tungku Sajarangan' yakni Niniak Mamak, Alim Ulama dan Cadiak Pandai supaya memainkan peran menjaga lingkungan dari kerusakan. Doni menyebut kerusakan lingkungan berimplikasi kepada terjadinya bencana alam, terlebih saat musim hujan datang.

Doni ingin Tigo Tungku Sajarangan membangun kesadaran masyarakat supaya paham bahwa terus menerus merusak lingkungan akan menghadirkan mala petaka dalam jangka panjang.

Selain itu, seluruh komponen masyarakat kata Doni harus mulai peduli dengan kegiatan konservasi alam. Bisa dengan melakukan reboisasi di hutan-hutan yang rusak dan sudah gundul.

"Aktivitas pemulihan lingkungan ini penting. Karena akan meminimalisir bencana," kata Doni menambahkan.

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement