REPUBLIKA.CO.ID, PAYAKUMBUH -- Pemerintah Kota Payakumbuh, Sumatra Barat, memastikan daging lokal terus akan menjadi prioritas dalam mengembangkan dan melengkapi kebutuhan sentra Industri Kecil Menengah (IKM) rendang di kota tersebut.
"Kemarin itu disampaikan ada komplain dari masyarakat khususnya para peternak sapi terkait pasokan daging beku impor untuk Sentra IKM Rendang," kata Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Perindustrian (Disnakerperin) Kota Payakumbuh, Wal Asri, Selasa (24/12).
Ia mengatakan sebelumnya memang pernah dilakukan uji coba pemakaian daging beku impor dari Bulog untuk kebutuhan Sentra IKM rendang.
"Kami hanya melakukan ujicoba penggunaan daging beku tersebut untuk diproduksi oleh Sentra IKM Randang. Mau tahu rasanya, enak atau tidak. Itupun hanya 5 kilogram saja," sebutnya.
Ia menyebutkan tidak mungkin pihaknya mengambil keputusan strategis berupa kerja sama pemasokan daging beku impor di tengah upaya pemerintah setempat menggalakan peternakan sapi atau kerbau di tengah-tengah masyarakat.
"Pak Wali tengah giat menggalakan peternakan sapi warga, tentu kebijakan daging beku impor bertentangan dengan upaya di atas. Itu tidak mungkin kita lakukan," sebutnya.
Menurut Wal Asri harga daging sapi segar lokal di pasaran yang saat ini mencapai angka Rp120 ribu per kilogram harus segera dicarikan solusinya. "Harga tinggi tentu menguntungkan para peternak, akan tetapi disisi lain memberatkan masyarakat," ujarnya.
Dengan tumbuhnya industri peternakan rakyat diikuti dengan meningkatkan populasi ternak, diharapkan harga daging di pasaran akan mencapai titik keseimbangan, dimana peternak tetap untung dan konsumen tidak terbebani.
"Jika melihat kondisi harga di pasaran, Disparitas (jarak) harga antara daging segar lokal dengan daging beku impor memang cukup besar. Sekarang (Senin, red) harga per kilogram daging beku impor hanya Rp80 ribu, sementara harga daging segar lokal Rp120 ribu," ujarnya.