Selasa 24 Dec 2019 17:18 WIB

Kembalikan Kepercayaan Publik, Boeing Pecat CEO Muillenburg

David Calhoun akan mengambil alih posisi CEO Boeing per 13 Januari.

Rep: Adinda Pryanka / Red: Friska Yolanda
Mantan CEO Boeing Dennis Muilenburg
Foto: AP Photo/Andrew Harnik
Mantan CEO Boeing Dennis Muilenburg

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Produsen pesawat Boeing Co memecat CEO mereka, Dennis Muilenburg. Keputusan ini diambil setelah perusahaan mengalami sejumlah masalah selama setahun belakang. Termasuk, menghadapi rangkaian kecelakaan fatal yang berdampak pada pemberhentian produksi salah satu pesawat jet terlarisnya, 737 MAX.

Dilansir Reuters, Selasa (24/12), Muillenberg dipecat karena hanya membuat sedikit kemajuan dalam menyelesaikan krisis yang menelan biaya hingga 9 miliar dolar AS. Tidak hanya berdampak ke perusahaan, kinerja Boeing yang melambat kini juga berpotensi memangkas laju pertumbuhan ekonomi Amerika.

Baca Juga

Seorang pejabat Beoing mengatakan, keputusan pemecatan Muillenberg diambil setelah para pimpinan perusahaan berunding pada akhir pekan lalu. Kabarnya, pemecatan dilakukan melalui telepon pada Ahad (22/12).

Dalam pernyataan resmi Boeing, David Calhoun akan mengambil alih posisi Muillenberg per 13 Januari. Menunggu pelantikan, Chief Financial Officer Greg Smith akan menjadi pelaksana tugas sementara. Calhoun kini menjabat sebagai Chairman dan sudah berada di jajaran dewan Boeing sejak 2009.

Boeing meyakini, keputusan ini dianggap perlu untuk memulihkan nama baik perusahaan. "Dewan direksi memutuskan, perubahan dalam kepemimpinan diperlukan untuk mengembalikan kepercayaan," ujar Boeing dalam pernyataan resmi.  

Sampai saat ini, Muilenburg belum dapat dihubungi untuk memberikan komentar. Saham Boeing, yang telah turun lebih dari 20 persen selama sembilan terakhir, tercatat mengalami kenaikan saat penutupan pasar di titik 2,9 persen, kemarin.

Pemecatan Muilenburg mendapatkan dukungan dari Peter DeFazio, ketua komite transportasi DPR AS. Menurutnya, keputusan ini diambil setelah sekian lama tertunda. "Di bawah pimpinannya, sebuah perusahaan yang sudah lama terpandang harus membuat sejumlah keputusan besar yang mementingkan keuntungan dibandingkan keselamatan," ucapnya.

Sebagai informsi, 737 MAX tercatat telah di-ground-kan sejak Maret setelah mengalami dua kecelakaan di Indonesia dan Ethiopia dalam waktu lima bulan. Setidaknya 346 orang meninggal dalam kejadian tersebut. Boeing kini tengah berjuang memperbaiki hubungan dengan AS maupun regulator internasional agar 737 MAX dapat kembali mengudara.

Setelah menyimpan 400 pesawat 737 MAX, target terbang Boeing sepanjang 2019 tidak dapat tercapai. Perusahaan pun mengumumkan akan menghentikan produksi 737 MAX pada pertengahan Januari. Perusahaan tidak menyebutkan, kapan mereka akan mulai memproduksi pesawat jenis itu lagi.

Kepergian Muilenburg sejalan dengan kemunduran dramatis bagi Boeing yang harus bersaing dengan Airbus Eropa untuk kepemimpinan industri jet senilai 150 miliar dolar AS.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement