Selasa 24 Dec 2019 21:53 WIB

Pemprov DKI Diminta Matang Perhitungkan Langkah Road Diet

Road diet akan menimbulkan efek negatif khususnya penumpukan kendaraan

Rep: Zainur Mahsir Ramadhan/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Pengerjaan trotoar dengan lebar 4 meter terus dikebut di Kawasan Kemang, Jakarta, Rabu (27/11).
Foto: Republika/Prayogi
Pengerjaan trotoar dengan lebar 4 meter terus dikebut di Kawasan Kemang, Jakarta, Rabu (27/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta telah mencanangkan penyempitan jalan raya (Road Diet). Dalam pelaksanaanya, rencana itu dilakukan dengan meningkatkan kapasitas dari pelebaran hingga panjang jalur pedestrian (trotoar).

Menanggapi hal tersebut pengamat tata kota, Franz Ari beranggapan bahwa, pemprov harus memiliki perhitungan yang jelas terkait volume kendaraan yang melewati penyempitan jalan itu. Meski demikian dia menilai, perluasan trotoar memang hal yang penting bagi pejalan kaki, disabilitas dan pesepeda.

“Tapi untuk menjadi kota yang ramah, perlu ada pertimbangan dan perhitungan volume kendaraan dulu. Dari kendaraan umum hingga pribadi,” katanya.

Dia menjelaskan, dalam kategori tertentu, ada beberapa kriteria jalan yang digunakan di Jakarta, dari artileri primer, sekunder hingga tersier. Sambung dia, setiap kriteria memiliki batas minimum dan maksimum jumlah kendaraan yang dilewati.

Dia mengakui, pelebaran trotoar memang diperlukan. Terlebih dengan adanya keuntungan bagi pedestrian. Akan tetapi, dia mengingatkan adanya eksternalitas negatif dari pelaksanaan itu.

“Akan ada penumpukan baru di jalan itu nantinya. Jadi Pemprov DKI perlu mengantisipasi volume kendaraan dan kepadatan lalu lintas dengan rekayasa,” katanya.

Dari pelebaran jalur pedestrian menjadi beberapa bagian itu, ia menilai bahwa implementasinya akan menjadi hal yang sangat baik. Sebab mampu mengurangi jumlah kendaraan pribadi. “Tapi kita harus rasional dalam kondisi ini, bahwa memang kondisi di mayoritas wilayah di Jakarta sudah padat,” katanya.

Franz menambahkan, selain dari eksternalitas negatif yang muncul, seperti jalan yang semakin padat. Ada juga eksternalitas positif, dari mulai keuntungan pejalan kaki hingga pertumbuhan ekonomi yang muncul.

Sebab menurut dia, ketika suatu tempat menjadi wilayah yang ramah difabel dan pejalan kaki, value life akan meningkat. Sambungnya, dari peningkatan value life itu, juga akan meningkatkan nilai ekonomi.“Dalam artian lebih tinggi itu bukan dari produksi, tapi nilai ekonomi agar orang suka ke daerah itu, sehingga roda ekonomi akan berputar” katanya.

Mengutip data pembangunan infrastruktur DKI Jakarta dari Dinas Bina Marga DKI, peningkatan infrastruktur seperti trotoar akan dilakukan untuk mewujudkan visi Jakarta yang maju dan berbudaya. Hingga 2019 ini, setidaknya ada 18 kegiatan strategis peningkatan kualitas pedestrian dan fasilitasnya.

Berdasarkan keterangan, proyek pelebaran trotoar juga sudah dan sedang dilakukan di beberapa lokasi, dari mulai Jl Raya Kemang, Jl Gatot Subroto, Jl Rasuna Said, Jalan Mampang Prapatan-Simpang pejaten, dan wilayah lainnya. Secara umum, teknis pelaksanaan pelebaran itu akan memiliki ketinggian 20 cm dari permukaan tanah, dengan lebar minimal 1,5 m dan luas minimumnya 2,25 m persegi.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement