Kamis 26 Dec 2019 05:57 WIB

Pemkot Dorong Penopang Wisata Kota Malang

Saat ini hanya Malang Flower Carnival (MFC) yang masuk kalender Kemenpar.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Agung Sasongko
Suasana Festival Kios Djadoel dan Parade Boedaya Malangan di Vila Bukit Tidar, Kota Malang, Rabu (25/12).
Foto: Republika/Wilda Fizriyani
Suasana Festival Kios Djadoel dan Parade Boedaya Malangan di Vila Bukit Tidar, Kota Malang, Rabu (25/12).

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Pemerintah Kota (Pemkot) Malang mendorong kegiatan seni dan budaya dapat terus dilestarikan. Sebab, kegiatan tersebut dapat menjadi penopang wisata Kota Malang.

Wali Kota Malang, Sutiaji menerangkan, saat ini hanya Malang Flower Carnival (MFC) yang baru mampu masuk dalam salah satu kalender nasional Kementerian Pariwisata (Kemenpar). "Nanti kita akan segera usulkan Malang Fashion Week juga," kata Sutiaji di Vila Bukit Tidar, Kota Malang, Rabu (25/12).

Sebelumnya, Sutiaji baru membuka Festival Kios Jadoel Parade Boedaya Malang di Vila Bukit Tidar, Kota Malang, Rabu (25/12). Kegiatan inisiasi warga setempat ini akan dilaksanakan selama sepekan ke depan. Festival tersebut menghadirkan kios bernuansa lawas dan kesenian tradisional maupun modern.

Sutiaji menilai, kegiatan yang diadakan masyarakat Vila Bukit Tidar bukti adanya kegelisahan. Mereka khawatir budaya lokal akan tergerus dan terkalahkan dengan pengaruh luar. Oleh sebab itu, warga rela melakukan swadaya bersama mengadakan festival budaya dan kios.

"Saya kira warga terutama dari swadaya murni dan prakasa masyarakat yang ingin mengangkat akar budaya ini yang penting dan perlu diapresiasi. Bahwa Malang khususnya adalah gudang budaya bangsa. Malang termasuk miniatur Indonesia, bahkan dunia," ujar Sutiaji.

Menurut Sutiaji, kolaborasi festival yang diadakan warga sangat tepat dan cantik. Tidak hanya paduan kesenian dan UMKM, tapi ragam budaya yang ditonjolkan. Mereka turut menyajikan kesenian yang berasal dari luar negeri seperti drum band dan Al-Banjari.

"Sebetulnya ini Indonesia sekali. Drum band itu bukan dari Indonesia ya, tapi dibarengkan di festival ini. Ini bukti Indonesia terbuka dengan akulturasi budaya," kata Sutiaji menegaskan.

Ketua Panitia Andrianto mengatakan, warga Kelurahan Merjosari dan Karangbesuki Kota Malang memang akan disuguhkan berbagai kesenian. Tidak hanya reog maupun jaranan, masyarakat juga akan dimeriahkan kesenian hasil akulturasi dengan negara luar. Beberapa di antaranya seperti drum band, seni Al-Banjari dan sebagainya.

Untuk menguatkan kegiatan, penyelenggara juga menyediakan 250 stan. Ratusan warung kecil ini ditunjukkan pada warga yang hendak menjualbelikan hasil UMKM-nya. Beragam makanan dan minuman sudah mulai terlihat untuk mendatangkan banyak pengunjung di hari pertamanya, Rabu (25/12).

Hal yang paling menarik, Andrianto mengaku, sengaja menampilkan delapan kios bernuansa lawas di festival. Selain untuk menarik minat pengunjung, konsep ini ditunjukkan sebagai hasil kolaborasi antarseniman dan pedagang. "Kios itu sebenarnya kalau kita realisasikan ya seperti ini jadi warung kecil, warung zaman dulu," kata Andrianto.

sumber : A
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement