REPUBLIKA.CO.ID, PAYAKUMBUH -- Gubernur Sumatra Barat (Sumbar) Irwan Prayitno menilai seringnya bencana banjir dan longsor dalam beberapa waktu terakhir di provinsi yang dipimpinnya bukan hanya karena banyaknya pembalakan liar.
"Pembalakan liar bukan penyebab utama, mungkin memang ada disebabkan oleh itu, tapi tidak terlalu besar," katanya di Payakumbuh, Kamis (26/12).
Ia mengatakan penyebab utama terjadinya bencana banjir dan longsor memang karena tingginya intensitas hujan dalam beberapa waktu terakhir. "Karena memang di Sumbar saat ini hujan lebat, dan ditambah gempa yang cukup sering sehingga bukit dan gunung kita labil. Ditambah hujan lebat, sehingga jadi banjir bandang dan longsor," ujarnya.
Karena kemungkinan intensitas hujan yang masih tinggi sampai dalam beberapa waktu ke depan, Pemprov Sumbar menetapkan status siaga darurat bencana sampai 28 Februari 2020.
"Kota dan kabupaten juga harus melakukan inspeksi ke hulu sungai dan gunung sehingga tidak ada tumpukan di atas atau hulu sungai yang bisa menyebabkan banjir bandang yang membahayakan," kata dia.
Irwan mengimbau masyarakat dan wisatawan di Sumbar harus lebih berhati-hati mengingat cuaca di Sumbar yang masih sering diguyur hujan. "Jangan dekat dengan lokasi-lokasi yang rawan bencana sehingga sewaktu-waktu ketika terjadi bencana tidak ada korban," ujarnya.
Sebelumnya, disebutkan status itu berlaku untuk 19 kabupaten dan kota di daerah tersebut karena hampir semua rawan banjir. Sejak November 2019, silih berganti kabupaten dan kota di Sumbar dilanda banjir, banjir bandang dan longsor diantaranya Kabupaten Agam, Dharmasraya, Solok Selatan, Lima Puluh Kota, Tanah Datar, Padang Pariaman, Pasaman, dan Kabupaten Pasaman Barat. Kemudian juga Kota Bukittinggi, Payakumbuh dan Padang.