Kamis 26 Dec 2019 15:00 WIB

Pemuda Muslim Inggris Santuni Tunawisma Selama Natal

Pemuda Muslim Inggris bagikan 10 ribu makanan untuk tunawisma.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Ani Nursalikah
Pemuda Muslim Inggris Santuni Tunawisma Selama Natal. Muslim di Inggris (ilustrasi).
Foto: EPA
Pemuda Muslim Inggris Santuni Tunawisma Selama Natal. Muslim di Inggris (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Pemuda Muslim di Inggris memberikan santunan kepada tunawisma selama periode Natal. Santunan itu berupa 10 ribu makanan yang dibagikan kepada orang-orang yang tidur di jalanan.

Selain santunan, mereka juga akan membersihkan jalan-jalan usai perayaan Malam Tahun Baru. Hal itu dilakukan dalam rangka memulai 2020 dengan membantu membersihkan lingkungan hidup.

Baca Juga

Adeel Shah (24 tahun) adalah di antara pemuda yang bekerja dengan Asosiasi Pemuda Muslim Ahmadiyah (AMYA). Ia menggambarkan organisasi ini sebagai organisasi pemuda Muslim tertua di Inggris.

Kepada Aljazirah, dilansir Kamis (26/12), ia mengatakan kegiatan santunan dilakukan pada Rabu (25/12). Kelompok itu menyediakan makanan bagi orang-orang yang tidur di jalanan dan bertanya kepada para tunawisma itu bagaimana pemecahan masalah bagi mereka ini.

Selanjutnya, pada Tahun Baru 2020, kelompok itu berencana membersihkan sampah di beberapa kota. Mereka berharap pada 2020 akan ada penurunan polusi dan limbah plastik.

Menurut Combined Homelessness and Information Network (CHAIN), jumlah tunawisma melonjak 50 persen tahun ini dibandingkan dengan 2018. Menurut angka pemerintah, ada lebih dari 4.700 tunawisma di Inggris pada suatu malam di tahun 2017. Angka itu naik 15 persen dibandingkan tahun sebelumnya, dan lebih dari dua kali lipat jumlahnya pada 2010.

Profesor studi perkotaan di Birkbeck di University of London, Paul Watt, menyalahkan kurangnya perumahan sosial bagi tunawisma. Dengan adanya sekitar 85 ribu rumah tangga yang tinggal di tempat penginapan sementara, ia menyebut definisi tunawisma melampui orang yang tidur di jalanan.

Menurutnya, solusinya adalah membangun lebih banyak perumahan sosial. Ia menambahkan, Undang-undang Perumahan 1988, yang mengenyampingkan mekanisme kontrol sewa, suatu waktu memberi penyewa keamanan yang lebih besar. Menurutnya, sewa rumah pribadi tidak aman karena penyewa lebih rentan terhadap penggusuran.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement