REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Pemerintah Rusia menggerebek markas besar politikus oposisi Alexei Navalny, Kamis (26/12). Setelah menerobos, petugas keamanan pun menangkap Navalny dan menyita peralatan elektronik, seperti laptop.
Navalny dan sekutu-sekutunya mengatakan, penggerebekan di Yayasan Antikorupsi (FBK) dilakukan oleh Federal Bailiffs Service. Peristiwa itu terhubung dengan penolakannya menghapus video investigasi yang menyuarakan tuduhan korupsi terhadap Perdana Menteri Dmitry Medvedev dan pengusaha miliarder Alisher Usmanov.
Rekaman CCTV dari penyerangan menunjukkan para pria menggunakan alat-alat listrik melihat melalui pintu depan yayasan Navalny. Kelompok itu, beberapa dari mereka bertopeng dan mengenakan seragam hitam, kemudian terlihat menggeledah kantor sebelum salah satu dari mereka menutup kamera CCTV dengan selotip.
Layanan Pengadilan Federal mengatakan, sedang melakukan kegiatan investigasi di yayasan Navalny sebagai bagian dari penyelidikan kriminal. Rusia mengaku tidak menahan siapa pun selama serangan itu.
Serangan itu terjadi sehari setelah Navalny mengatakan wajib militer memaksa salah satu sekutunya pergi ke pangkalan udara terpencil di Kutub Utara. Cara itu sama saja dengan penculikan dan pemenjaraan ilegal.
Yayasan Navalny terlibat dalam pengekspos dugaan korupsi pejabat negara. Bukti itu menjadi subjek investigasi kriminal terpisah terhadap dugaan pencucian uang.
Penyelidik membuka kasus pencucian uang pada Agustus setelah Navalny meminta orang-orang untuk berdemonstrasi di Moskow tengah mengenai pengecualian kandidat oposisi dari pemilihan lokal. Protes-protes itu tumbuh menjadi gerakan protes berkelanjutan terbesar di Moskow dalam beberapa tahun.
Kementerian Kehakiman pada Oktober secara resmi menyebut kelompok antikorupsi Navalny sebagai agen asing. Artinya, mereka dapat dikenai pemeriksaan langsung dan menghadapi pengawasan birokrasi. Navalny menyebut langkah itu dan yang lainnya sebagai bagian dari kampanye yang terkoordinasi dan dibuat-buat untuk melumpuhkan kegiatan oposisi anti-Kremlin.
Usmanov membawa dan memenangkan gugatan pencemaran nama baik terhadap Navalny pada 2017. Kasus itu berakhir dengan pengadilan memerintahkan Navalny untuk menghapus dalam waktu 10 hari semua referensi terhadap tuduhan dalam videonya, yang menurut Medvedev dan Usmanov sangat salah. Navalny mengatakan, tidak akan menghapus video yang telah ditonton lebih dari 32 juta kali di Youtube sejak pertama kali diposting pada Maret 2017.