REPUBLIKA.CO.ID, MEULABOH— Ketua Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Kabupaten Aceh Barat, Teungku Abdurrani Adian, menegaskan musibah gempa bumi dan gelombang tsunami yang melanda Aceh pada 26 Desember 2004 untuk menguji kesabaran dan keimanan masyarakat di provinsi itu.
"Kalau saya bisa mengumpamakan, musibah tsunami Aceh adalah cuplikan hari kiamat (hari akhir dunia). Tapi musibah ini bukanlah hari kiamat, melainkan untuk menguji kesabaran kita semua," kata Teungku Abdurrani saat mengisi tausiyah pada peringatan 15 tahun gempa tsunami Aceh di Meulaboh, Kamis (26/12).
Menurutnya, musibah yang merusak semua sisi kehidupan manusia 15 tahun lalu tersebut adalah sebuah sejarah yang harus diingat dan dikenang oleh semua generasi penerus di Aceh, agar hal ini menjadi bahan pelajaran supaya masyarakat waspada dan terdidik serta selalu sigap menghadapi bencana alam.
Tidak hanya itu, meski menelan jumlah korban jiwa yang sangat besar, kondisi ini juga telah membuka mata dunia dan tertuju kepada Aceh untuk memberikan bantuan dalam jumlah besar, sehingga pembangunan dan ekonomi masyarakat di Aceh kini lebih maju dan berkembang.
Musibah yang sudah terjadi itu, kata Teungku Abdurrani, juga harus dimaknai sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT sebagai pencipta seluruh semesta alam, dan masyarakat harus terus beribadah dan menjauhi setiap larangan Nya.
Bahkan dia juga mengajak masyarakat mulai sekarang juga harus dapat mengedukasi diri dalam menghadapi bencana dan terus waspada agar terhindar dari hal yang tidak diinginkan saat musibah terjadi.
"Mari jadikan momentum peringatan gempa bumi dan tsunami Aceh sebagai momentum memperbaiki diri dan meningkatkan ibadah kepada Allah SWT," kata Teungku Abdurrani Adian.