REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Jepang akan mengirimkan kapal perang dan pesawat patroli untuk mengawal kapal-kapal Jepang di Timur Tengah. Berdasarkan dokumen yang disetujui kabinet Jepang, Jumat (27/12) langkah ini dilakukan setelah melihat situasi di kawasan tersebut.
Dalam rencana tersebut Jepang akan mengirimkan kapal tempur yang dilengkapi helikopter dan dua pesawat patroli P-3C. Kapal tempur dan pesawat itu dikirim untuk mengumpulkan informasi demi memastikan keamanan pelayaran kapal-kapal Jepang yang berlayar di Timur Tengah.
Jika ada keadaan darurat maka Kementerian Pertahanan Jepang akan mengeluarkan perintah khusus. Kapal tempur dan dua pesawat itu diizinkan menggunakan senjata mereka demi melindungi kapal-kapal Jepang yang dalam bahaya.
Sejak Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menarik negaranya dari kesepakatan nuklir 2015 atau Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) tahun 2018, ketegangan AS dan Iran semakin meningkat. Pada Mei dan Juni ada sejumlah serangan ke beberapa kapal dagang internasional di kawasan Timur Tengah. Termasuk serangan terhadap kapal tanker milik Jepang, Kokuka Courageous.
AS menyalahkan Iran atas serangan-serangan tersebut. Teheran membantah dengan tegas tuduhan tersebut. Mereka mengatakan tidak terlibat dengan serangan-serangan itu.
Jepang yang sudah lama menjadi sekutu dekat AS tidak ikut dalam misi maritim Negeri Paman Sam di Selat Hormuz. Tokyo memilih untuk menggelar misi mereka sendiri.
Pada pekan lalu Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe bertemu dengan Presiden Iran Hassan Rouhani di Tokyo. Dalam pertemuan itu Abe menyampaikan rencana mengirimkan angkatan laut ke Teluk.
Operasi itu rencananya mencakup perairan tinggi di Teluk Oman, utara Laut Arab, dan Teluk Aden tapi tidak mencakup Selat Hormuz, wilayah operasi maritim AS. Kementerian Pertahanan Jepang mengatakan operasi pesawat patroli akan dimulai pada bulan depan. Operasi Eropa untuk memastikan keamanan kapal-kapal dagang juga akan digelar bulan depan.