REPUBLIKA.CO.ID, LONDON— Putra Mahkota Arab Saudi Mohammaed bin Salman membela hak Cina untuk menempatkan Muslim Uighur di kamp vokasi.
“Cina punya hak untuk melakukan tindakan anti-terorisme dan ekreminasi demi keamanannya,” kata Pangeran Mohammed, dilaporkan Thenews, Jumat (27/12) dari sebuah surat kabar di Inggris yang mengutip televisi pemerintah Cina.
Dikutip TV pemerintah Cina, Putra Mahkota datang ke Cina untuk menandatangani kesepakatan dagang yang membuat sekutu baratnya kesal, pekan lalu.
Xi Jinping, Pemimpin Tiongkok mengatakan kepada Putra Mahkota bahwa kedua negara harus memperkuat kerja sama internasional tentang deradikalisasi demi mencegah infiltrasi dan peyebaran pemikiran ektremis.
Cina telah menahan sekitar satu juta Muslim Uighur di tempat tawannannya untuk menjalani program pendidikan baru untuk mencegah dan memerangi ekstremisme.
Muslim Uighur beretnik Turki kini tinggal di Cina barat dan di sebagian Asia Tengah. Beijing menuduh minoritas Xinjiang Barat telah mendukung terorisme.
Sementara itu, kelompok-kelompok Uighur mengimbau pangeran muda Saudi agar berjuang lebih kuat demi membela hak-hak Muslim di seluruh dunia. Namun, para pemimpin Muslim sejauh ini tidak membahas masalah dengan Cina, yang dalam beberapa tahun terakhir telah menjadi mitra dagang di Timur Tengah.
Hami Aksoy, juru bicara Kantor Luar Negeri Turki berbicara pada bulan lalu, perlakuan Cina terhadap penduduk Uighur seperti inilah penyebab besar yang membuat malu semua orang. Turki meminta untuk Cina menutup tempat tawanan tersebut.
Presiden Recep Toyyib Erdogan juga pernah menuduh Cina telah melakukan genosida. Namun, sejak itu Turki menjalin hubungan diplomatik dan ekonomi yang lebih erat dengan Beijing.
Imran Khan, Perdana Menteri Pakistan, yaitu tempat Pangeran Salman baru saja berkunjung mengatakan, dia tidak tahu banyak mengenai kondisi kaum Uighur.