Ahad 29 Dec 2019 04:07 WIB

Alaska Miliki Rekor Suhu Tinggi di 2019

Alaska memiliki rekor suhu tinggi rata-rata setelah satu tahun yang ekstrem

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Christiyaningsih
Alaska memiliki rekor suhu tinggi rata-rata setelah satu tahun yang ekstrem. Ilustrasi.
Foto: Istimewa
Alaska memiliki rekor suhu tinggi rata-rata setelah satu tahun yang ekstrem. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, ALASKA — Alaska memiliki rekor suhu tinggi rata-rata setelah satu tahun yang ekstrem, mulai dari musim panas yang terik dan kebakaran hutan yang merajalela hingga lenyapnya es laut dan hujan es di musim dingin. Satwa liar juga menderita karena cuaca yang kacau. Banyak burung laut dan mamalia laut berjuang untuk mengatasi pergolakan ekologis.

Para peneliti mengungkapkan gejolak itu adalah bagian dari pola pemanasan cepat di mana Alaska memanas dua kali kecepatan planet ini secara keseluruhan. “Bahkan dengan hawa dingin saat ini, saya tidak melihat 2019 bukan tahun terpanas dalam catatan,” kata seorang klimatolog Brian Brettschneider di Pusat Penelitian Arktik Internasional Fairbanks dilansir Malay Mail, Sabtu (28/12).

Baca Juga

“Apakah setiap tahun akan sehangat ini? Tidak. Tetapi akan naik,” ujar seorang ilmuwan di Pusat Penelitian dan Kebijakan Iklim di Alaska, Rick Thoman.

Rekor terpanas Alaska adalah pada 2016 ketika suhu tahunan rata-rata 32,5 derajat Fahrenheit atau lebih dari nol celcius. Itu pertama kalinya patokan suhu bergerak di atas titik beku, menurut Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional.

Untuk 2019, rata-rata di seluruh negara bagian hingga November ada di 34,2 derajat. Tertinggi dari tahun ke tahun, berada di atas catatan rekor satu abad.

Mata air yang mencair di sungai-sungai besar datang lebih awal dari sebelumnya dan lapisan permafrost paling atas melintasi Semenanjung Seward mencair sepanjang tahun. Suhu musim panas melonjak hingga 90 atau lebih tinggi di beberapa daerah, termasuk Anchorage di tengah kekeringan parah. Kebakaran hutan menghancurkan rumah-rumah, memicu evakuasi dan merusak kualitas udara di kawasan itu selama berpekan-pekan.

Temperatur laut yang luar biasa tinggi memunculkan ganggang beracun di Laut Chukchi di Arktik. Kota Pantai Kutub Utara Utqiagvik berada dalam kondisi pencairan paling ekstrem dalam catatan. Hamparan pantai laut, yang dulu beku sebelum Oktober, belum membeku menjelang pertengahan Desember.

“Ini 20 Desember dan kami akhirnya mendapatkan es di pantai,” kata Billy Adams yang mengunggah pengamatan iklim ke jaringan komunitas yang dikelola oleh Pusat Penelitian Arktik.

Es laut yang hilang menyebabkan air laut menyerap lebih banyak panas dan menciptakan semacam umpan balik termodinamika yang memicu kaskade konsekuensi iklim luas yang menyebar di seluruh dunia. Di Laut Bering, di mana populasi ikan dan bangkai burung laut dan anjing laut berserakan di garis pantai, terkena efek pemanasan akut.

Selain itu, kondisi luar biasa 2019 ini menawarkan pratinjau masa depan Alaska. “Ke depan, tahun-tahun seperti ini akan semakin umum,” kata Brettschneider.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement