Sabtu 28 Dec 2019 17:49 WIB

Ledakan Bom di Somalia Tewaskan Sedikitnya 61 Orang

Jumlah korban diperkirakan akan meningkat karena tak sedikit yang dilarikan ke RS.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Teguh Firmansyah
Serangan bom mobil di Mogadishu, Somalia. (ilustrasi).
Foto: Reuters
Serangan bom mobil di Mogadishu, Somalia. (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, MOGADISHU -- Sebuah bom truk meledak di pos pemeriksaan keamanan di ibu kota Somalia, Sabtu (28/12) pagi. Serangan itu menewaskan sedikitnya 61 orang. Pihak berwenang menyatakan, ini adalah serangan paling mematikan dalam beberapa waktu terakhir.

Juru bicara pemerintah Ismail Mukhtar mengatakan kepada Associated Press, jumlah korban kemungkinan akan meningkat karena sejumlah orang dilarikan ke rumah sakit.

Baca Juga

Direktur Layanan Ambulans Aamin, Abdiqadir Abdirahman membenarkan bahwa 61 orang tewas dan lebih dari 50 lainnya terluka.

Wali Kota Omar Mohamud Mohamed yang berbicara di tempat kejadian, mengatakan, di antara korban meninggal dunia sebagian besar adalah mahasiswa. Sementara polisi mengonfirmasi dua warga negara Turki tewas dalam insiden pengeboman tersebut.

Seorang saksi mata, Sabdow Ali yang tinggal di lokasi ledakan mengatakan, puluhan orang berteriak minta tolong. Dia bergegas kembali ke rumahnya ketika bom itu meledak. "Lusinan orang yang terluka berteriak minta tolong, tetapi polisi segera melepaskan tembakan dan saya bergegas kembali ke rumah saya," kata Ali kepada Reuters.

Petugas kepolisian, Mohamed Hussein mengatakan, ledakan itu menargetkan pusat pembayaran pajak pada jam sibuk di pagi hari. Gambar-gambar dari tempat kejadian menunjukkan sejumlah kendaraan hancur dan beberapa jenazah tergeletak di sekitarnya. Selain itu, asap hitam besar tampak membumbung di atas ibu kota ketika bom itu meledak.

Tidak ada yang mengklaim bertanggung jawab atas ledakan itu. Kelompok ekstremis, Al Shabab yang terkait dengan Alqaidah kerap melakukan serangan.

Kelompok ini telah keluar dari Mogadishu beberapa tahun lalu. Namun mereka terus menargetkan serangan di daerah-daerah ramai seperti pos pemeriksaan dan hotel.

Al Shabab disalahkan atas pemboman truk yang menghancurkan di Mogadishu pada Oktober 2017 yang menewaskan lebih dari 500 orang. Kelompok itu tidak pernah mengklaim bertanggung jawab atas ledakan yang menyebabkan kemarahan publik yang meluas.

Beberapa analis mengatakan al-Shabab tidak berani mengklaim serangannya. Karena strateginya dalam mempengaruhi opini publik dengan mengekspos kelemahan pemerintah, telah menjadi bumerang bagi kelompok tersebut.

Al Shabab, mengendalikan sebagian wilayah selatan dan tengah Somalia. Mereka mendapatkan dana dengan sistem "perpajakan". Para ahli menggambarkan, mereka melakukan pemerasan bisnis dan memeras pada wisatawan yang menghasilkan pendapatan negara senilai jutaan dolar per tahun.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement