REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Mike Pompeo mengecam China soal perlakuan negara komunis itu terhadap penduduk minoritas Muslim Uighur. Pompeo kembali menyerukan pemerintah China menghormati dan melindungi kebebasan beragama bagi para warganya.
"Dari #Tibet ke #Xinjiang, kampanye represif Partai Komunis China bukan tentang memerangi terorisme," cicit Pompeo di Twitter seperti dikutip Anadolu Agency, Ahad (29/12).
"#CCP(China's Communist Party atau Partai Komunis China) berusaha menghapus kepercayaan dan budaya warganya sendiri. Semua masyarakat harus menghormati dan melindungi kebebasan beragama," cicit Pompeo menambahkan.
Wilayah Xinjiang, barat China, merupakan rumah bagi 10 juta warga Uighur. Mereka adalah kelompok Muslim Turki yang membentuk sekitar 45 persen dari populasi Xinjiang. Mereka telah lama menuduh pemerintah China melakukan diskriminasi budaya, agama dan ekonomi.
China kemudian dituduh melakukan kebijakan represif terhadap warga Uighur dan menahan hak-hak agama, komersial, dan budaya. Menurut pehabat AS dan pakar PBB, hingga 1 juta orang, atau sekitar 7 persen dari populasi Muslim di Xinjiang, telah dipenjara dalam jaringan yang diperluas dari kamp "pendidikan ulang politik".
Dalam sebuah laporan September lalu, Human Rights Watch menuduh China melakukan kebijakan sistematis pelanggaran hak asasi manusia terhadap Muslim Uighur di Xinjiang. Namun, berulang kali China membantah tuduhan itu. Negara yang dipimpin Xi Jinping itu mengklaim bahwa warga Uighur dididik di pusat pelatihan kejuruan.