REPUBLIKA.CO.ID, MOGADISHU -- Satu unit truk berisi bom meledak di pos pemeriksaan keamanan di Mogadishu, Somalia, pada Sabtu (28/12) pagi. Dilansir di Anadolu Agency, korban meninggal mencapai 90 orang hingga Ahad (29/12). Sebanyak 125 orang lainnya mengalami luka-luka.
Kepala Polisi Somalia Jenderal Abdi Hassan Hijar mengatakan, sebagian besar korban meninggal adalah mahasiswa dan polisi. Truk meledak setelah polisi di pos pemeriksaan melarangnya agar tidak masuk ke kota. Sebelumnya, ada dugaan truk bom itu menargetkan pusat pembayaran pajak pada jam sibuk di pagi hari.
Direktur Layanan Ambulans Aami Abdiqadir Abdulrahman dan ratusan warga menyumbangkan darah sebagai respons dari tragedi terburuk di Mogadishu sejak pengeboman 2017.
Presiden Somalia Mohamed Abdullahi Mohamed mengutuk serangan itu sebagai teror keji. Dia menuding kelompok al-Shabab yang terkait dengan Alqaidah di balik pengeboman.
Al-Shahab memiliki jangkauan luas hingga serangan mematikan di mal-mal mewah dan sekolah-sekolah di negara tetangga, Kenya. Sampai kini, belum ada pihak yang mengklaim bertanggung jawab atas ledakan tersebut.
Pola serangan tersebut sama dengan yang sering dilakukan al-Shabab. Menurut salah seorang saksi, Abdurrahman Yusuf, ledakan yang terjadi sangat besar. "Itu (ledakan) membuat saya jatuh dari tanah dengan kekuatannya. Saya belum pernah melihat ledakan seperti itu sepanjang hidup saya," ujarnya.
Kelompok al-Shahab diusir dari Mogadishu beberapa tahun lalu. Namun, mereka terus menargetkan daerah-daerah terkenal, seperti pos pemeriksaan dan hotel di kota tepi laut.
Sebelumnya, al-Shabab disalahkan atas pengeboman truk di Mogadishu pada Oktober 2017. Saat itu, lebih dari 500 orang meninggal.
Kelompok itu tidak pernah mengklaim bertanggung jawab atas ledakan yang menyebabkan kemarahan publik meluas. Beberapa analis mengatakan, al-Shabab tidak berani mengklaim karena strateginya untuk memengaruhi opini publik dengan mengekspos kelemahan pemerintah nyatanya menjadi bumerang bagi mereka.
Serangan itu lantas menimbulkan kekhawatiran tentang kesiapan pasukan keamanan Somalia. Pasukan negara itu awalnya bersiap mengambil alih tanggung jawab atas keamanan negara dalam beberapa bulan mendatang dari pasukan Uni Afrika.
Bangkai mobil di salah satu lokasi ledakan bom mobil di salah satu pos pemeriksaan di Mogadishu, Somalia, Sabtu (28/12).
Menteri Luar Negeri Somalia Ahmed Isse Awad mengatakan, selain warga Somalia, dua orang warga negara Turki juga menjadi korban meninggal. Pemerintah Turki pun mengirimkan bantuan militer ke Somalia.
Sebuah pesawat militer Turki tiba di Mogadishu, Ahad (29/12) pagi. "Pesawat Angkatan Bersenjata Turki membawa para personel militer dan peralatan layanan kesehatan," kata Kementerian Pertahanan Nasional Turki. Hal ini sebagai bentuk dukungan dari Turki untuk Somalia.
Saat kejadian, lalu lintas di Ex-Control Junction tersendat. Pasalnya, pasukan keamanan bersenjata lengkap sedang memeriksa satu per satu kendaraan untuk mengecek ada atau tidaknya bahan peledak dan senjata di lokasi tersebut. Di sana, terdapat pula titik pengumpulan pembayaran pajak.
Kejahatan mengerikan
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres mengutuk serangan bom tersebut. Guterres menyebut serangan itu sebagai kejahatan mengerikan.
Dalam sebuah pernyataan yang dilansir dari UN News, Guterres menyampaikan simpati terdalamnya kepada para korban. Dia berharap, pemulihan segera bagi korban luka.
"Sekretaris Jenderal menegaskan kembali komitmen penuh PBB untuk mendukung rakyat dan Pemerintah Somalia dalam upaya perdamaian dan pembangunan negara itu," kata juru bicara Guterres dalam sebuah pernyataan. n dwina agustin/fergi nadira/reuters/ap, ed: qommarria rostanti